Oleh Muhaimin Iqbal + sedikit banjarmasin dinar |
Jum'at, 07 October 2011 06:41 |
Ketika krisis financial melanda dunia tahun 2008, harga emas di pasar sempat menyentuh angka US$ 1,011/Ozt (17/04/08) kemudian merosot lagi sekitar 30%-nya dalam rentang tujuh bulan kemudian - tinggal US$ 713/Ozt ( 24/10/08). Perlu waktu kurang lebih satu setengah tahun kemudian untuk harga emas mampu melebihi angka tertinggi sebelumnya, yaitu ketika harga emas menyentuh US$ 1016 /Ozt (16/09/09). Apakah pola semacam ini akan bisa berulang untuk harga emas tertinggi bulan lalu yang mencapai US$ 1,895/Ozt (05/09/11) ?. Ada yang menyebabkan statistik sejarah berulang yaitu perilaku manusianya. Ketika di puncak krisis para pelaku pasar melihat langit seolah akan runtuh, seolah kambing tumbur mereka mencari penyelamatan aset-aset mereka pada aset riil yang dipandang aman dari krisis – salah satunya emas. Emas diburu dan dibeli orang pada harga berapa saja, maka saat itulah harga emas menjulang tinggi. Perilaku para pengelola kebijakan ekonomi dunia juga demikian, mereka akan mengerahkan segala daya dan upaya untuk bisa memberi angin surga bagi pasar, bahwa krisis dapat ditangani, bahwa ekonomi akan segera pulih. Solusi-solusi jangka pendek-pun mereka tempuh demi untuk menghasilkan efek sentiment positif di pasar, tidak peduli bila solusi ini dalam jangka panjang akan membahayakan ekonomi itu sendiri – seperti diakui atau tidak solusi yang sering disebutQuantitative Easing atau mencetak uang dari awang-awang. Terlepas dari efek jangka panjangnya yang menyimpan bom waktu inflasi atau bahkan hiper-inflasi, solusi jangka pendek tersebut biasanya efektif untuk meredam gejolak pasar. Untuk sementara pasar menjadi tenang dan kembali bergairah, saham dan produk-produk turunannya kembali diburu orang dan kembali seolah kambing tumbur investor dunia-pun rame-rame menjual emasnya – inilah yang membuat harga emas turun drastis untuk beberapa bulan setelah puncak tertingginya – yang identik dengan puncak krisis atau puncak kepanikan pasar. Seperti penyakit yang hanya diobati gejalanya – tetapi bukan penyebabnya, maka krisis atau kepanikan serupa kemudian berulang dan mendorong harga emas kembali menjulang. Begitulah siklus semacam ini berulang dan relatif predictable karena perilaku kegilaan massa - madness of crowds - yang memang mudah ditebak. Maka bila statistik perilaku pasar tersebut berulang untuk krisis yang baru lewat, harga emas sekarang yang sudah cukup rendah di pasar global masih sangat mungkin turun lagi. Bila rentang penurunun 2008 yang berulang – yang berada pada kisaran 30% tersebut diatas – bisa saja emas turun kembali ke angka US$ 1,300 –an dalam beberapa bulan ini - yaitu turun sekitar 30% dari angka tertinggi sbelumnya US$ 1,895/Ozt. Bila ini terjadi, Anda tidak perlu panik – asal Anda tidak segera membutuhkan uang Anda – bertahanlah sampai akhir tahun depan (2012) atau awal tahun sesudahnya (2013) – karena saat itulah investasi emas Anda akan kembali menjualng nilainya. Itulah sebabnya melalui situs ini selalu tidak saya sarankan untuk menggunakan emas ini sebagai instrument spekulasi jangka pendek – Anda bisa rugi karenanya. Meskipun statistik sejarah sangat mungkin berulang, tetapi ada juga faktor yang memungkinkan perulangan ini tidak identik dengan yang terjadi sebelumnya. Struktur pasar emas telah mengalami banyak perubahan dalam tiga tahun terakhir. Bila tiga tahun lalu bank-bank sentral dunia plus IMF masih net sellers emas, kini bank-bank sentral menjadi net buyers dan IMF-pun sudah tidak menjual emasnya lagi. Ditambah lagi kesadaran penduduk dunia untuk mengamankan asset telah menyentuh masyarakt tingkat bawah sekalipun, China yang daya belinya terus meningkat di tengah penduduknya yang berjumlah 1. 3 milyar lebih – membuat demand emas di China sangat besar kini. Di Indonesia-pun orang sampai mengantri emas karena seolah-olah terbangun dari tidur dan sadar akan perlunya memproteksi hasil dari jerih payah kerjanya. Kini 70% demand emas datangnya dari negeri-negeri yang sedang berkembang seperti China, India, Indonesia dlsb. yang perilakunya berbeda dengan pemain pasar barat pada umumnya. Dengan hal yang terakhir ini – yaitu struktur pasar yang berubah, ditambah kita yang ada di Indonesia membeli emas dengan Rupiah kita yang daya belinya juga terus berubah-ubah – maka bisa jadi siklus pasar yang saya uraikan diatas tidak sepenuhnya sama bagi kita. Wa Allahu A’lam |
Jumat, 07 Oktober 2011
Harga Emas : Belajar Dari Krisis Financial Global 2008…
Rabu, 05 Oktober 2011
(Episod 002) Dinaria : Negeri Baru Memilih Pemimpin…
Oleh Muhaimin Iqbal |
Rabu, 05 October 2011 05:49 |
Dalam puing-puing kehancuran ekonomi dan krisis social yang menjalar di seluruh dunia, ‘negeri’ yang baru saja terbentuk membutuhkan segera pemimpin yang ideal untuk jamannya. Segudang masalah menunggunya, dan segudang harapan dari bermilyar penduduk menanti jawaban. Melihat tanggung jawab yang luar biasa ini, nyaris tidak ada orang cerdas di muka bumi yang mau mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin. Sebaliknya berjuta orang yang tidak memenuhi syarat nekad mencalonkan diri untuk memimpin negeri dengan penduduk sekitar 3 milyar jiwa ini. Lantas bagaimana menyeleksinya ?. Teknologi jaringan dan social media telah membuat penduduk Dinaria yang wilayahnya mencakup seluruh bagian bumi seperti masyarakat yang hidup di satu desa kecil saja. Satu sama lain begitu mudah untuk saling mengenal, maka berjuta orang yang telah mencalonkan diri untuk memimpin tersebut diatas dengan mudah dapat diketahui riwayat hidup mereka sampai sedetil-detilnya karena selalu ada yang bisa mengenali mereka. Walhasil tidak ada calon yang dominan yang memenuhi syarat untuk memimpin, tetapi keberadaan pemimpin ini mutlak perlu agar negeri yang baru terbentuk tidak kembali bubar. Maka ditempuhlah cara yang kedua yaitu meminta masyarakat dunia untuk mengusulkan calon-calon pemimpin yang mereka anggap ideal lengkap dengan alasan pencalonannya serta detail jati dirinya. Para calon pemimpin yang diusulkan inipun tidak lepas dari penelitian dan kritisisasi oleh sejumlah ahli dari berbagai bidang yang dibentuk khusus untuk melakukan pemilihannya. Hasilnya tetap tidak ada yang sempurna tetapi team pemilihan berhasil memilih tujuh orang yang paling mendekati kriteria pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia saat itu, selanjutnya pemilihan pemimpin diserahkan kepada tujuh orang terpilih tersebut. Karena sedari awal memang tidak ada satupun dari tujuh orang yang terpilih ini yang berambisi untuk menjadi pemimpin, pemilihan diantara mereka juga menjadi alot. Bukan karena ada yang ngotot ingin memimpin, tetapi justru sebaliknya karena diantara mereka saling mempersilahkan yang lain untuk memimpin. Ajang saling mempersilahkan ini baru berakhir ketika salah satu dari mereka ada yang mengusulkan kriteria yang unik untuk memilih satu dari tujuh orang terpilih tersebut. Kriteria ini dipandang sangat masuk akal karena mereka akan memilih berdasarkan siapa yang paling memahami undang-undang yang dipekati ketika negeri mereka terbentuk, yaitu bukan undang-undang yang dibuat manusia berdasarkan kepentingannya – tetapi undang-undang yang dibuat Sang Maha Pencipta dan Maha Mengetahui. Begitu kriteria ini disepakati, segera tujuh orang ini saling meneliti latar belakang calon yang lain secara mendetil sampai ketika sang calon masih bayi. Hasilnya diketahui bahwa ada satu diantara tujuh calon tersebut, yang sudah hafal undang-undang yang mereka sepakati tersebut sejak dia berusia kurang dari 10 tahun. Di usia belasan dia sudah begitu banyak karyanya yang menunjukkan pemahaman yang luar biasa atas undang-undang dan petunjuk yang datangnya dari Sang Pencipta tersebut. Setelah disepakti dialah yang harus memimpin rakyat yang mewakili separuh penduduk bumi, sang pemimpin ini justru lemas tertegun di kursinya. Dia merasa tidak sanggup dengan besarnya amanat yang kini harus dipikulnya, pada saat yang bersamaan dia juga akan merasa sangat bersalah apabila membiarkan 3 milyar rakyat tanpa pemimpin yang seharusnya. Maka ketika didaulat untuk menyapa rakyatnya yang pertama kali dia ucapkan adalah : “Aku didaulat untuk memimpin kalian bukan karena aku yang terbaik dan paling mampu diantara kalian, sangat bisa jadi kalian yang ada di belahan lain dari dunia ini mengetahui lebih baik dari yang aku tahu, memiliki kemampuan yang lebih dari yang aku bisa – maka ingatkanlah aku bila aku salah, dan berilah aku nasihat…”. Pesan sang pemimpin ini segera menyebar ke seantero dunia melalui berbagai jaringan dan social media, tiba-tiba dunia terasa sejuk karena telah hadir seorang pemimpin yang kata-katanya saja sudah mententeramkan hati rakyatnya. |
Selasa, 04 Oktober 2011
Investasi : Ketika Biji Tumbuh Menjadi Kecambah…
Oleh Muhaimin Iqbal |
Selasa, 04 October 2011 06:26 |
Kemarin adalah hari perdagangan yang buruk bagi bursa saham hampir di seluruh dunia, indeks harga saham berguguruan tidak terkecuali di Indonesia yang mengalami penurunan hingga 5.64 %. Pemicunya antara lain adalah sentiment negeatif dari negeri yang nun jauh di belahan Eropa sana yaitu Yunani, Setelah berbagai upaya penyelamatan selama berbulan-bulan – ternyata negeri itu kini malah memasuki spiral kematiannya – hutangnya semakin menumpuk dan gagal untuk menghadirkan pertumbuhan ekonomi di negerinya. Tetapi problem semacam ini sebenarnya bukan hanya monopoli Yunani, kondisi negeri adikuasa-pun sebenarnya tidak jauh lebih baik dari ini. Itulah sebabnya ketika para pemain pasar melihat ada negeri yang (cenderung) gagal seperti Yunani tersebut diatas, pikirannya langsung menerawang jauh bahwa yang demikian itu – sangat bisa jadi juga terjadi di negerinya masing-masing. Kekawatiran massal ini kemudian mendorong perilaku yang sama yaitu menjauhi investasi-investasi yang berupa kertas, dan mengamankannya ke investasi fisik – salah satunya emas. Mungkin Anda berpendapat bahwa krisis di pasar, anjlognya harga saham dan lain sebagainya hanya berpengaruh terhadap orang-orang kaya yang punya deposito, punya investasi di saham, reksadana dlsb. ?. Tidak, justru pengaruhnya lebih banyak pada orang-orang kebanyakan, masyarakat pekerja pada umumnya. Mengapa demikian ?. Orang-orang kaya yang punya deposito, saham dan sejenisnya, mereka dapat mengendalikan langsung investasinya – meskipun sering juga jeblog – tetapi setidaknya mereka punya pilihan. Mereka bisa mengalihkan investasinya ke jenis-jenis investasi yang aman kapan saja mereka mau. Tidak demikian halnya dengan masyarakat kebanyakan yang tidak memiliki kontrol langsung terhadap investasi dari kekayaan mereka satu-satunya. Asset yang sangat berharga bagi kalangan masyarakat pekerja adalah tabungan hari tua, dana pension, asuransi, dana kesehatan dlsb. yang rata-rata dikelola oleh perusahaan atau instansi lain yang diluar kontrol mereka secara langsung. Seandainya toh Anda sangat paham trend penurunan harga saham, Anda juga paham inflasi yang menggerogoti daya beli uang kertas manapun di dunia – bila Anda tidak memiliki kendali terhadap proses pengambilan keputusan terhadap tabungan jangka panjang Anda – tetap saja tidak banyak yang Anda bisa lakukan untuk mengamankannya. Tetapi seandainya Anda kini punya kewengangan penuh untuk menentukan investasi apa yang paling baik untuk uang Anda, apa pilihannya ?. Yang saya jagokan tetap sektor riil yang Anda bisa/ mampu mengelolanya dengan baik. Banyak sektor-sektor perdagangan, kerajinan, industri kreatif, manufacturing, pertanian, peternakan dan lain sebagainya yang bisa jadi sangat cocok dengan Anda. Potensi sektor pertanian dalam meningkatkan nilai (value creation) misalnya, bisa amat sangat besar diluar pikiran para paper investors. Ketika biji (apapun) ditumbuhkan menjadi kecambah dalam dua – tiga hari, maka beratnya meningkat antara 10 sampai 15 kali dari beratnya semula. Kandungan protein kecambah tertentu (misalnya kecambah Alfalfa) bisa mencapai 35 %, bandingkan ini misalnya dengan daging sapi ataupun daging ayam yang kandungan proteinnya berada di kisaran 25%. Bisa Anda bayangkan peluang yang ada di kecambah ini ?. Berapa tahun Anda perlukan untuk menumbuhkan investasi kertas Anda untuk tumbuh 10 – 15 kalinya ?. Dengan memberi contoh ini, tidak berarti saya mengajak rame-rame terus pindah investasi membuat kecambah atau bahkan rame-rame makan kecambah saja. Ini hanya untuk ilustrasi, betapa peluang meningkatkan nilai ini melimpah di luar sana, sehingga ketika harga saham jatuh dan daya beli uang kertas hancur – Anda sebenarnya memiliki banyak pilihan. Tidak akan mudah memang, tetapi bila Anda terjun kedalamnya dan bener-bener menekuninya – insyaAllah juga tidak ada yang mustahil. Wa Allahu A’lam. |
(Episod 001) Dinaria : Lahirnya Sebuah ‘Negeri’…
Oleh Muhaimin Iqbal |
Selasa, 04 October 2011 06:33 |
Waktunya adalah di paruh awal dekade kedua abad 21, ketika teknologi jaringan dan social media menjangkau hampir separuh penduduk bumi. Ketika korporasi-korporasi raksasa dunia berhasil membangun sukses yang luar biasa, tetapi pada saat yang bersamaan negeri-negeri mereka berguguran bangkrut karena tidak lagi bisa membayar hutang-hutangnya. Dampak dari kebangkrutan negara-negara ini, jumlah rakyat miskin dunia yang semakin membesar – tidak ada lagi yang mengurusinya. Fasilitas layanan publik menjadi tidak terurus dan krisis sosial-pun mengancam seluruh dunia. Saat itulah sekitar 3 milyar penduduk dunia yang sudah saling terkoneksi melalui berbagai jaringan dan social media, merasakan sebuah kebutuhan yang sama – yaitu sebuah ‘negeri’ yang mampu mengayomi kebutuhan mereka secara bersama-sama. Karena renteten kebangkrutan negara-negara di dunia dunia justru dipicu oleh system yang dibanggakan negeri-negeri adikuasa hingga dekade pertama abad 21, penduduk dunia tidak lagi percaya pada segala bentuk system yang ada. Mulailah dilakukan upaya besar-besaran untuk menemukan system apa yang kiranya akan paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat ultra modern saat itu. Teknologi yang telah berkembang dua – tiga decade sebelumnya mempermudah upaya pencairan ini. Sebelumnya telah ada teknologi jaringan yang membuat hampir seluruh keinginan penduduk dunia dapat terdeteksi melalui kata-kata yang sering mereka ketikkan di berbagaisearch engine. Kolaborasi raksasa dari berjuta keahlian di sejumlah bidang ilmu juga telah dirintis sebelumnya, bahkan cikal bakal kolaborasi ekonomi berbasis kesetaraan dalam berbagi telah pula mulai bermunculan. Walhasil hanya dalam beberapa bulan setelah kebangkrutan negeri adikuasa menjadi epicentrum runtuhnya negeri-negeri lainnya, masyarakat dunia sudah bisa mensarikan system apa gerangan yang akan menggantikannya. Masyarakat dunia tetap membutuhkan ‘negeri’, tetapi ‘negeri’-nya tidak harus berbatas geografis. Mereka butuh pemimpin yang mampu memahami dan melayani kebutuhan masyarakat, bukan pemerintahan yang menjadi beban masyarakatnya. Masyarakat dunia membutuhkan system hukum dan perundang-undangan yang adil, bukan hukum dan perundang-undangan yang lahir dari kebutuhan segelintir orang yang berkepentingan. Masyarakat dunia butuh akses yang sama terhadap sumber –sumber daya alam, capital, pasar dan tentu juga ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dengan teknologi jaringan dan social media yang ada, masyarakat dunia memiliki kesempatan yang sama untuk mengutarakan ide dan pendapat-pendapatnya. Maka ketika mereka mencari bentuk pemerintahan dunia-pun berjuta pendapat mengemuka di dunia maya. Berbagai system pemerintahan dunia baik yang pernah ada sebelumnya maupun konsep baru diuji dan dikritisasi. Rata-rata penuh dengan kelemahan seperti sejarah yang telah membuktikan kegagalannya untuk yang pernah ada, dan untuk konsep yang baru rata-rata gagal dalam detil – gagal dalam hal kelengkapannya untuk mampu mengurusi berbagai sendi kebutuhan masyarakat dunia yang amat bervariasi. Namun ternyata ada satu system pemerintahan yang terbukti paling lama diterapkan di muka bumi ini, tidak kurang dari 14 abad teruji. Memang berbagai kritik sejarah juga menyerang system ini, tetapi rata-rata ini bisa dibuktikan bahwa masalahnya ada pada pada orang atau pelaku sejarahnya dan bukan pada system-nya. Juga ketika diuji untuk menghadapi berbagai persoalan baru yang dihadapi oleh manusia ultra modern, system ini ternyata mampu menjawabnya dengan amat sangat baik. Perang pemikiran dan adu konsep di dunia maya dan social media yang dapat disaksikan dan diikuti oleh separuh penduduk bumi secara transparan ini akhirnya memunculkan satu konsep kepemimpinan global. Kepemimpinan yang kewenangannya terbatas, yang diawasi dan diatur dengan undang-undang yang bukan dibuat oleh manusia. Undang-undang dari suatu system yang adil yang dibuat oleh Sang Pencipta, yang mengatur pemimpin sama ketatnya atau bahkan lebih dibandingkan dengan rakyat biasa. Undang-undang yang paripurna, yang tidak ada sedikit-pun lalai dalam mengatur urusan penduduk dunia ini – sampai sekecil-kecilnya. Setelah undang-undang ini disepakati, maka ‘negeri’ baru inipun terbentuk. Dua hal yang kemudian perlu segera didefinisikan yaitu dimana wilayah ‘negeri’ ini dan siapa yang diakui sebagai penduduknya. Untuk wilayah disepakati bahwa seluruh bagian bumi, dimana ada penduduknya yang mau mentaati undang-undang tersebut diatas – maka wilayah tersebut adalah termasuk wilayah ‘negeri’ baru ini. Demikian juga dengan penduduknya, dimanapun dia berada – asal mengakui dan tunduk terhadap undang-undang yang ada – maka dia juga diakui sebagai penduduk ‘negeri’ ini. Dengan pengaturan wilayah dan penduduk ini, hanya dalam bilangan hari bermilyar manusia dari seantero dunia mendaftar untuk diakui sebagai penduduk resmi ‘negeri’ yang baru saja lahir. Mereka tidak perlu meninggalkan statusnya sebagai penduduk dari negeri fisik dimana dia berada, tetapi pada saat bersamaan mereka telah menjadi warga dari suatu ‘negeri’ yang baru ini – lengkap dengan hak dan kewajiban-kewajibannya |
Senin, 03 Oktober 2011
Dinaria, Negeri Di Batas Waktu : Sebuah Prolog…(Episod 0)
Oleh Muhaimin Iqbal |
Senin, 03 October 2011 08:45 |
Setelah buku saya yang ke delapan – Kambing Putih Bukan Kambing Hitam terbit awal tahun ini, sebenarnya saya ingin mulai menulis buku yang sama sekali berbeda untuk buku ke 9 dan seterusnya. Namun setelah hampir rampung buku yang ke 9 yang insyaallah berjudul “Ayo Berdagang…”, rasanya masih juga terlalu mirip dengan beberapa buku sebelumnya. Maka buku ke 10 yang terbit inyaAllah akhir tahun depan yang akan berbeda sama sekali. Karena saya tidak mau membuang waktu terlalu banyak untuk menulis buku, maka seluruh buku buku saya penulisannya saya cicil hari demi hari dan saya publikasikan di situs ini. Sehingga ketika diterbitkan hasilnya menjadi semacam kompilasi dari tulisan –tulisan tersebut, tidak terkecuali “Kambing Putih…” dan nantinya buku “Ayo Berdagang…”. Buku ke 10 pun penulisannya akan demikian, yang membedakannya adalah isinya. Bila sampai buku ke Sembilan banyak didukung oleh referensi, sumber data dlsb. Buku ke 10 akan berupafull imaginasi, semacam science fiction – begitulah. Meskipun imaginasi murni, namun buku ini tetap akan di latar belakangan keyakinan saya bahwa akan ada satu kesempatan lagi Islam berjaya memimpin dunia dengan kekhalifan yang mengikuti manhaj kenabian, bahwa kapitalisme akan segera runtuh, bahwa dunia merindukan adanya system yang adil dalam seluruh sendi kehidupan masyarakat dst. Buku ini akan merupakan imaginasi saya tentang sebuah negeri di masa depan yang dekat, ketika system- system kedloliman dibidang politik ekonomi, social, budaya dlsb runtuh, ketika perbaikan-perbaikan kecil yang mulai kita perjuangkan di dunia nyata saat ini mulai membuahkan hasil. Buku ini akan merupakan sebuah visualisasi cita-cita, seperti anak kecil yang diberi kanvas putih dan boleh menggambar seperti apa saja dunia yang dibayangkannya. Namanya juga fiksi, tidak ada yang perlu tersinggung, bila ada kesamaan tokoh – kesamaan nama – itu kebetulan belaka. Tidak perlu pula perdebatan tentang data, referensi, keakuratan dlsb. Bila ada yang keberatan maka sederhana saja caranya, yaitu membuat buku tandingan sesuai dengan imaginasinya sendiri. Anda tidak perlu menunggu sampai akhir tahun depan untuk membeli buku ini nantinya, tidak juga perlu meluangkan banyak waktu untuk membacanya sampai tuntas. Episod demi episod akan mulai di publikasikan di situs ini – dalam satu dua halaman setiap tulisannya, persis seperti tulisan lainnya di situs ini. Kemudian yang akan membedannya mana tulisan di situs ini yang real dan mana yang fiksi, maka kategori tulisan di situs ini ditambah satu yaitu kategori fiksi. Kemudian pada setiap tulisannya akan kita beri nomor episod, untuk menunjukkan tulisan tersebut adalah bagian dari buku yang sedang kita tulis ini. Untuk pertama kali yang perlu saya beri nama adalah ya negerinya sendiri , maka agar ada benang merahnya dengan situs ini dan memudahkan penyebutannya – negeri fiksi ini saya beri nama Dinaria – negeri yang penduduknya menggunakan Dinar sebagai uang dan timbangannya dalam bermuamalah. Karena negerinya bernama Dinaria, maka penduduknya kita sebut Dinarian - inilah clue-nya kira - kira seperti apa negeri tersebut jadinya. Hasilnya nanti Anda akan seperti membaca koran, dimana koran tersebut memuat berita-berita aktual, tetapi di bagian lain dia juga memuat sebuat certita bersambung (cerber) yang fiksi. Ini agar memberi variasi lain dan membawa kesegaran baru di situs ini. Insyaallah episod I akan kami munculkan dalam beberapa hari kedepan, tunggu tanggal mainnya. |
Langganan:
Postingan (Atom)