- Kategori : Investasi
- Friday, 30 November 2012 07:01
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Cerita
ini saya adopsi dari pengalaman salah satu nasabah Gerai Dinar. Tahun
2008 ketika dia berusia 65 tahun sudah merasa sangat lelah dengan
pekerjaannya, dia ingin istirahat tidak lagi bekerja namun juga tidak
ingin menjadi beban orang lain. Pada saat yang bersamaan dia ingin
tabungannya mampu melawan inflasi sehingga dapat menopang kebutuhan
hidupnya sampai akhir hayat. Yang dia lakukan ini bisa menjadi contoh
bagi para pensiunan lainnya.
Pada
pertengahan Oktober 2008 ketika harga Dinar berada di Rp 1,197,000 dia
mengkonversi sebagian tabungan dan dana pensiunnya menjadi 1,000 Dinar
atau setara Rp 1,197,000,000 saat itu. Sebagian yang lain dia
pertahankan dalam Rupiah dan Dollar karena akan dipakai untuk kebutuhan
sehari-hari dan kebutuhan jangka pendek lainnya.
Uang
tabungan dan dana pensiun yang tidak dikonversikan ke Dinar habis untuk
mencukupi kebutuhannya selama tiga tahun kemudian yaitu sampai
September 2011. Selama tiga tahun tersebut Dinar
belum digunakan tetapi juga hanya bertambah sedikit saja yaitu menjadi
1,010 Dinar, bila dikonversikan menjadi Rupiah pada September 2011 Dinar
tersebut telah menjadi Rp 2,248,000,000,- atau mengalami kenaikan
sekitar 88% dalam tiga tahun.
Untuk
mempertahankan standar kehidupannya, beliau ini kemudian sejak Oktober
2011 menjual 10 Dinar per bulan untuk membiayai kehidupan
sehari-harinya. Berikut adalah analisa pembandingnya seandainya pada
Oktober 2008 tersebut beliau memutuskan untuk semua uangnya di
deposito-kan (tidak membeli 1000 Dinar).
Dengan
tingkat bagi hasil rata-rata deposito 6 % per tahun, bila dibelanjakan
dengan standar kwalitas kehidupan yang tetap – setara 10 Dinar per
bulan, maka tabungan beliau bila ditaruh di deposito akan habis pada
bulan April 2016 atau ketika beliau baru berusia sekitar 73 tahun.
Dengan
Dinar yang mampu melawan inflasi, tabungan Dinar beliau insyaallah akan
cukup mempertahankan kwalitas kehidupan dengan 10 Dinar per bulan
sampai bulan Februari 2020 atau sampai usia beliau 77 tahun. Dengan dana
pensiun berbasis Dinar ini beliau tidak perlu mencemaskan efek inflasi
karena hasil penjualan 10 Dinar tersebut akan menyesuaikan atau bahkan
mengungguli angka inflasi.
Bila
trend kenaikan harga Dinar tahun-tahun mendatang mengikuti trend
kenaikan yang sama di kisaran 1.5 % per bulan selama 4 tahun terakhir,
nilai 10 Dinar per bulan yang sekarang sekitar Rp 22,000,000 akan menjadi skitar Rp 85,000,000 pada saat dana pensiun tersebut habis di bulan Februari 2020.
Banyak
pelajaran yang bisa diambil dari kisah dana pensiun yang tidak segera
habis tersebut. Pertama dengan pengelolaan berbasis Dinar yang kebal
inflasi bahkan mampu mengunggulinya, para pensiunan akan mampu menjaga
kwalitas kehidupannya untuk waktu yang lebih lama – ketimbang dana
pensiun yang hanya di depositokan.
Kedua,
meskipun dalam Dinarnya tetap - para pensiunan bisa menaikkan uang
pensiunnya (dalam Rupiah) secara otomatis melawan inflasi. Pensiun
dengan 10 Dinar per bulan (Rp
22,000,000) sekarang cukup – delapan tahun lagi 10 Dinar per bulan (Rp
85,000,000) insyaAllah juga tetap cukup. Itulah yang saya sebut uang
pensiun yang tidak segera habis itu ! InsyaAllah.