- Kategori : Dinar/Emas
- Published on Friday, 25 October 2013 06:44
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Ini
pertanyaan yang sering sekali sampai ke saya, dan terus terang
jawabannya saya sendiri tidak tahu. Bukan hanya saya, bahkan para ahli
di raksasa investasi dunia seperti Goldman Sachs – pekan lalu membuat
prediksi yang sangat keliru tentang harga emas. Mereka membuat prediksi
bahwa bila terjadi kesepakatan antara Presiden Amerika dengan Congress
untuk menghindari default – harga emas akan jatuh, tetapi ternyata yang terjadi malah sebaliknya.
Di
hari terakhir puncak kekawatiran akan default-nya Amerika – tanggal
16/10/2013, harga emas berada pada US$ 1,273/ozt. Ketika Obama dan
congress-nya berhasil sepakat menghindari default, tanggal 17/10/2013 harga emas malah melonjak menjadi US$ 1,319/ozt atau mengalami kenaikan US$ 46/ozt – pada hari yang diprediksi oleh raksasa Goldman harusnya emas jatuh.
Bisa Anda bayangkan bila orang sekelas head of commodities research-nya Goldman Sachs
– orang yang dianggap paling tahu tentang arah pergerakan emas, perak
dan sejenisnya di pasar – ternyata tidak lebih dari orang kebanyakan
seperti kita-kita dalam membuat prediksi harga emas ke depan. Maka dalam
dunia prakiraan ini memang tidak ada yang bisa dianggap pasti benarnya
ataupun pasti salahnya.
Lantas ditengah harga emas yang nampaknya bergerak random tidak beraturan ini, bagaimana kita menyikapinya ?
Pertama yang sering saya ungkapkan di web ini, jangan berspekulasi dengan harga emas dalam jangka pendek. Membelilah
pada saat Anda memang mau beli karena ada kelebihan uang kertas yang
tidak segera digunakan, dan menjuallah pada saat memang Anda membutuhkan
cadangan emas/Dinar Anda untuk keperluan yang riil.
Kedua
adalah tentu juga bijaksana untuk mengetahui trend pasar secara
objektif, bukan bermaksud berspekulasi tetapi optimalisasi hasil. Lantas
dimana bedanya dengan spekulasi ?
Spekulasi
adalah bila kita membeli emas atau Dinar tanpa didasari oleh suatu
kebutuhan, semata untuk segera memperoleh keuntungannya bila harganya
naik. Sedangkan optimalisasi hasil adalah hal yang wajar yang biasa kita
lakukan sehari-hari dalam jual beli.
Misalnya
kita membeli kambing untuk qurban, tujuannya jelas yaitu untuk qurban.
Tetapi kita mencari waktu yang baik untuk membelinya yaitu jauh hari
sebelum musim qurban tiba. Dengan uang yang sama kita bisa memperoleh
kambing yang jauh lebih besar.
Demikian
pula membeli emas, Anda merencanakan pergi haji, sekolah anak, biaya
kesehatan hari tua dlsb dengan emas – agar hasil jerih payah Anda tidak
tergerus oleh inflasi. Kapan membelinya ?, pada saat harga yang Anda
rasakan comfortable untuk
Anda – maka yang inipun insyaallah tidak termasuk berspekulasi. Karena
sebagai pembeli tentu wajar kita ingin harga terbaik.
Pertanyaannya
adalah kapan harga terbaik itu tiba ?, disinilah orang kebanyakan
seperti kita-kita dan bahkan juga orang sekaliber kepala peneliti di
lembaga investasi terbesar dunia-pun tidak bisa tahu persisnya kapan.
Lagi-lagi yang bisa kita lakukan sekedar menduga berdasarkan trend
perkembangan pasar yang ada, kemudian pada titik mana kita merasa comfortable.
Untuk
saat ini misalnya, para pihak yang beranggapan harga emas masih akan
turun terus mereka punya alasan : 1) The Fed cepat atau lambat akan
menghentikan program Quantitative Easing
– mereka akan menghentikan mencetak uang dari ‘awang-awang’ karena yang
dicetaknya sudah dianggap cukup; 2) Ekonomi AS yang membaik akan
mendorong orang untuk menginvestasikan dananya di sektor riil secara
langsung atau melalui saham-saham public dan tidak lagi ke emas; dan 3)
Kepercayaan terhadap ekonomi Amerika akan terus membaik yang berarti
kepercayaan dengan kekuatan Dollar akan terus meningkat. Tiga hal inilah
yang membuat para gold bearish yakin bahwa harga emas akan terus turun.
Namun sebaliknya juga demikian, para gold bullish
tentu juga memiliki alasan yang tidak kalah kuatnya, bahwa : 1) Dalam
sejarah bank central , sejak mereka meninggalkan emas mereka tidak
pernah bisa berhenti mencetak uang dari ‘awang-awang’ , one way or another
mereka akan terus mencetak uang dari ‘awang-awang’ nya sehingga nilai
mata uang kertas pasti turun terus dari waktu ke waktu; 2) Untuk Dollar
yang merupakan cerminan ekonomi Amerika, kenyataannya pertumbuhan
ekonomi Amerika juga tidak bagus-bagus amat – dan bahkan sebagian ekonom
sudah mulai memprediksi resesi berikutnya akan segera tiba; dan 3)
Amerika tidak berhasil membangun kepercayaan dunia tetapi malah
merusaknya. Krisis debt-ceiling
pekan lalu telah membuat mitra dagang dan pemberi pinjaman terbesarnya
was-was dan ancang-ancang untuk meninggalkan Dollar. Bahkan
sekutu-sekutu Amerika sendiri di Eropa mulai mencurigai Amerika dengan
terbongkarnya berbagai aktifitas spionase-nya di Eropa. Ini mirip akhir
tahun 1960-an ketika Perancis mulai meneriakkan bahwa Amerika telah
mengambil keuntungan berlebihan – Exorbitant Privilege – dari kesepakatan Bretton Woods, yang kemudian berujung pada diakhirinya Bretton Woods Agreement pada bulan Agustus 1971.
Dalam kaitan dengan emas ini, apakah Anda cenderung ke bearish atau bullish tergantung dari mana di antara alasan-alasan tersebut di atas yang lebih Anda yakini.
Satu
hal yang pasti adalah bahwa meskipun harga emas kedepan tidak ada yang
tahu pasti, sejarah panjang kehidupan manusia telah membuktikannya bahwa
tidak pernah terjadi dalam peradaban manusia emas menjadi barang yang
tidak berharga.
Harga emas dalam
mata uang kertas bisa saja turun, tetapi dia akan selalu mampu
mempertahankan nilainya yang sesungguhnya yaitu nilai yang tercermin
dalam daya belinya. Di jaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
satu ekor kambing bisa dibeli dengan sekeping uang Dinar. Pada musim
Iedul Adha kemarin sekali lagi terbukti bahwa 1 Dinar Anda tetap cukup
untuk membeli seekor kambing yang layak untuk qurban.
Bila prediksi kedepan tidak ada yang tahu, setidaknya kita bisa selalu belajar dari sejarah yang kita semua tahu. InsyaAllah.