Jumat, 30 September 2011

Keberkahan : Kwalitas Bukan Kwantitas…


Oleh Muhaimin Iqbal   
Jum'at, 30 September 2011 08:32
Bulan April lalu IMF me-release perkiraannya tentang GDP per kapita negara-negara di dunia sampai lima tahun  mendatang atau 2016. Dari 183 negara anggota IMF, menurut mereka ini Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan memiliki GDP per kapita sebesar US$ 4,657,- dan pada tahun 2016 meningkat menjadi US$ 6,556,-. Ini menjadikan Indonesia negara ‘termakmur’ nomor 118 dari 183 negara anggota IMF – bila diukur dari pendapatan per kapita-nya. Tetapi yang penting bukan angka-angka atau urutan ini, yang lebih penting adalah apakah kita bisa menjadikannya pelajaran ?.

Berikut saya sajikan perbandingan kita dengan negara-negara di sekitar kita yang rata-rata lebih makmur – kecuali Phillipina. Bisa jadi  negara-negara tersebut jumlah penduduknya jauh lebih kecil sehingga ketika GDP-nya ketika dibagi jumlah penduduk (GDP per kapita) menjadi besar. Maka saya hadirkan pembanding yang agak jauh yaitu China dan Brasil.
 
China dengan jumlah penduduknya yang sekitar 5 kali lebih banyak dari Indonesia – mereka juga masih lebih makmur.  Brazil mempunyai banyak kemiripan dengan Indonesia yaitu sama-sama berada di garis khatulistiwa, dan jumlah penduduk mereka nomor 5 terbesar di dunia, dibawah Indonesia yang berada di urutan ke 4. Lagi-lagi Brazil masih lebih makmur.

Fakta-fakta ini tidak untuk membuat kita pesimis, sedih atau bahkan kufur nikmat. Sebaliknya ini menjadi introspeksi kita semua untuk bisa berbuat lebih baik kedepan. Yang menjadi ukuran nampaknya bukan banyaknya sumber daya alam yang kita miliki, bukan juga jumlah penduduk.

Sumber daya alam yang banyak bila tidak mampu mengelolanya dengan baik, maka dia tidak menjadikannya sebagai sumber kemakmuran. Demikian pula penduduk yang seharusnya menjadiasset negeri ini, bila tidak diberdayakan secara optimal maka dia berbalik menjadi liability.

Mengenai interaksi antara sumber daya alam dengan budaya penduduknya ini salah satunya dapat kita pelajari dari kebiasaan ketika berbuka puasa. Kita yang hidup di Indonesia terbiasa berbuka puasa dengan aneka macam makanan dari kolak, buah, sirup, nasi sampai sayur-mayurnya, tetapi justru dengan banyaknya makanan ini kita malah mengantuk ketika shalat tarawih.

Sebaliknya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mencontohkan berbuka itu dengan beberapa butir kurma saja, dan ini dapat kita saksikan hingga kini Di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram ketika berbuka puasa – hasilnya orang-orang pada umumnya mampu shalat tarawih dan qiyamul lail yang panjang-panjang dan sedikit saja yang merasa ngantuk.
Source : IMF April 2011
Source : IMF April 2011

Kamis, 29 September 2011

ATM Emas di Indonesia Tak Lama Lagi



Mesin-mesin ATM untuk emas secara komersial sudah dioperasikan di Jerman, Dubai, dan di Cina. Di Jakarta tak lama lagi. 

Bebarapa hari terakhir ini masyarakat dapat melihat sejumlah berita foto yang memperlihatkan staf bank di China berdiri di samping sebuah mesin ATM emas. Betul, itu mesin ATM yang isinya emas batangan, dan bukan lembaran kertas tak bernilai, yang disebut 'uang' itu, letaknya di Jalan Wangfujing, Beijing. Mesin ATM Emas ini diluncurkan oleh Beijing Agricultural Commercial Bank dan sebuah perusahaan perdagangan emas.

Tapi ini bukan mesin ATM emas yang pertama. Sekitar setahun yang lalu mesin sejenis telah dioperasikan di Bandara Frankfurt, Jerman. Tak lama kemudian mesin yang sama telah dioperasikan di Uni Emirat Arab, khususnya di Dubai. Kini, China, negeri yang tengah mendorong rakyatnya untuk memiliki emas lebih banyak, mengoperasikan mesin ATM ini.

Jelas, tingginya permintaan emas membuat sejumlah bank dan pedagang emas di China membuat inovasi kemudahan bertransaksi dengan ATM emas ini. China dan rakyatnya kini merupakan konsumen emas terbesar sesudah India. Akankah masyarakat Indonesia menikmati mesin ATM yang serupa?

Nampaknya tak akan lama lagi. Sebuah toko emas besar di Jakarta telah berniat mengoperasikannya. Diharapkan paling lambat akhir tahun ini sudah dapat digunakan. Kehadiran mesin ATM untuk emas ini, yang tentu saja bisa digunakan baik untuk emas batangan maupun koin Dinar emas, dan Dirham perak, akan memudahkan masyarakat bertransaksi dengan Dianr emas dan Dirham perak.

Penggunaan uang kertas memang sudah akan semakin tidak populer. Karena itu, teruslah gunakan DInar emas dan Dirham perak dalam transaksi muamalat Anda.

images courtesy of detik.com

Rabu, 28 September 2011

Harga Dinar Dan Kekuatan Pasarnya …

Oleh Muhaimin Iqbal   
Rabu, 28 September 2011 07:17
Bila Anda memiliki 4.25 gram emas 24 karat dan 1 koin Dinar Gerai Dinar 22 karat produksi Antam atau PERURI, mana yang lebih tinggi nilainya bila Anda jual ?. Anda bisa buktikan dan tes hari ini juga, bahwa Dinar Gerai Dinar lebih tinggi nilainya dan lebih mudah menjualnya !. Ini pula yang terjadi kemarin sore  ketika seorang wartawati majalah bisnis terkemuka – men-challenge nilai Dinar. Kok bisa ?, inilah antara lain yang disebut kekuatan pasar itu.

Ketika berusaha membuktikan hal ini kemarin sore (27/09), pembanding yang kami gunakan adalah informasi harga buy back resmi di Logam Mulia – Antam dan pasar emas Cikini – selain tentu saja harga jual beli Dinar Gerai Dinar yang tersebar informasinya melalui web GeraiDinar.Com, facebook dan twitter-nya.

Harga buy back di situs Logam Mulia - Antam kemarin adalah Rp 465,000/gram, tetapi bila Anda menjual emas Anda kemarin sore di pasar Cikini – Anda bisa menjualnya sampai harga tertinggi Rp 517,000/gram. Pada saat yang bersamaan, harga Dinar sessi siang sampai sore kemarin adalah jual pada Rp 2,293,674 dan beli pada harga Rp 2,201,927,-.

Jadi bila Anda memiliki 4.25 gram emas 24 karat dan Anda jual kemarin sore, maka Logam Mulia – Antam akan membelinya seharga 4.25 x Rp 465,000 = Rp 1,976,250,-. Bila anda jual ke Cikini dan memperoleh harga terbaiknya, maka Anda akan mendapatkan harga 4.25 x Rp 517,000 = Rp 2,197,250. Anda bisa lihat sekarang bahwa keduanya – baik LM Antam maupun toko emas di Cikini menghargai emas Anda lebih rendah dibandingkan bila Anda menjual Dinar kemarin sore juga pada harga beli kami Rp 2,201,927.

Perbedaan ini akan semakin tinggi ketika Anda menjualnya ke sesama pengguna yang kami fasilitasi juga, Anda akan memperoleh hasil bersih pada harga tengah Rp 2,247,800,-.

Bagaimana kami bisa menghargai lebih tinggi ?.  Ada dua ‘rahasia’ yang ingin saya share disini. Pertama kami fasilitasi pertukaran Dinar tanpa mengghilangkan ongkos cetaknya baik ketika Anda menjual maupun membeli. Hal ini berbeda dengan perdagangan emas pada umumnya, yaitu Anda membayar biaya cetak ketika membeli – dan Anda kehilangan biaya cetak ini ketika Anda menjualnya kembali.

Kedua adanya virtual market yang kini menjadi sangat besar bagi pengguna Dinar Gerai Dinar. Ketika  Anda menitipkan Dinar Anda untuk dijual ke sesama pengguna dan kami umumkan di situs ini misalnya, niat jual Anda itu ‘terlihat’ oleh puluhan ribu pengguna lainnya yang mengunjungi GeraiDinar.Com  dan bahkan juga diteruskan melalui  facebook  dan twitternya. Itulah sebabnya iklan-iklan jual di situs ini biasanya hanya muncul sesaat saja, karena setelah dibeli oleh pengguna lainnya iklan akan kami cabut kembali.

Bandingkan virtual market untuk Dinar dari Gerai Dinar ini dengan emas lantakan 24 karat Anda misalnya. Kemungkinan besarnya Anda menjual emas Anda hanya di tempat Anda membelinya atau ke pihak lain yang Anda mengenalnya langsung.

Bagaimana sustainability dari  virtual market  Dinar ini kedepan-nya ?, kinipun Anda sudah bisa melihat sebenarnya siapa yang ikut ‘menjaga’ pasar ini. Selain Gerai Dinar sendiri, ada lima puluhan agen-agen resmi yang situsnya dapat Anda kunjungi dan bisa jadi salah satu dari mereka adalah tempat terdekat Anda untuk menjual dan membeli Dinar Anda .

Anda bisa buktikan sendiri sekarang bila Anda punya emas lantakan 24 karat dan Dinar dari Gerai Dinar, jual keduanya hari ini dan lihat hasilnya !. Kemungkinan besarnya perhitungan seperti yang saya contohkan di atas masih tetap berlaku. Selamat bergabung di ‘virtual market’ yang sangat besar – yang menghargai uang Anda lebih dari yang lain.

Selasa, 27 September 2011

How Low Can You Go 3

Oleh Muhaimin Iqbal    Senin, 26 September 2011 15:46
Ini judul yang saya gunakan untuk ketiga kalinya, bukan karena saya kehabisan judul – tetapi untuk merespon banyaknya pertanyaan sejenis yang muncul secara berulang.  Pertama saya gunakan pada tanggal 15 Agustus 2008 ketika harga Dinar turun sekitar 9 % dari harga tertinggi di bulan sebelumnya, saat itu harga Dinar berada pada angka Rp 1,123,450. Kedua saya gunakan tanggal 7 April 2009 ketika harga emas jatuh 12 % dari harga tertinggi satu setengah bulan sebelumnya, saat itu harga Dinar berada pada angka Rp 1,436,000.

Ketiga saya gunakan pada tulisan ini karena per siang ini harga Dinar turun sekitar 11 % dari angka tertinggi sebelumnya yaitu pekan lalu, saat tulisan ini saya buat harga Dinar berada pada angka Rp 2,152,233,-. Bahwasanya harga akan turun kali ini sebenarnya juga sudah saya ‘ingatkan’ pekan lalu ketika harga Dinar lagi tinggi-tingginya dalam tulisan Harga Emas Bukan Harga Cabe, penyebabnya-pun sudah saya jelaskan.  Meskipun demikian, tetap saja harga turun yang significant kali ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan – khususnya bagi yang baru mengenal Dinar akhir-akhir ini.

Bagi yang sudah mengenal Dinar 2 – 3 tahun lalu, penurunan demikian mestinya sudah tidak mengejutkan lagi.  Harga rendah yang membuat panik mereka Agustus 2008 – terbukti tidak berlangsung lama. Demikian pula yang mengalami kepanikan yang sama di bulan April 2009, harga pulih dalam beberapa bulan kemudian.

Lantas bagaimana yang sekarang ?, apakah harga akan segera pulih ?. Dugaan saya sendiri mungkin akan perlu waktu beberapa bulan juga sebelum kembali menuju ke angka tertinggi sebelumnya. Sementara itu kemungkinan turun lagi tentu saja masih ada karena penurunan yang sekarang baru berlangsung sepekan.

Tetapi poin-nya adalah emas memang tidak untuk di spekulasikan – apalagi untuk meraih keuntungan jangka pendek. Dari grafik yang tersusun otomatis melalui data harga Dinar yang dihimpun di situs ini sejak 06 April 2008, kita akan tahu bahwa up and down-nya harga Dinar ini terjadi setiap saat. Hanya yang berorientasi jangka panjang yang bisa melihat trend yang sesungguhnya – meskipun trend tersebut kali ini tidak saya cantumkan secara eksplisit di grafik.
 
How Low can You Go ?

Jadi jawaban umum yang datang ke email saya yang rata-rata  menanyakan tentang apakah harga yang sekarang anjlog masih akan turun lagi ?, jawaban umumnya adalah : “ Iya, jangka pendek masih memungkinkan untuk turun lagi dan lagi, namun bila orientasinya jangka panjang – dari grafik diatas kita tahu bahwa kemungkinan naiknya lebih besar ketimbang turunnya”. Wa Allahu A’lam

Senin, 26 September 2011

Membedah Prospek Investasi Emas

Aidil Akbar Madjid - detikFinance 
Jakarta - Lebaran sudah usai, mudik selesai dan saatnya kembali bekerja. Sepanjang liburan lebaran kemarin kebetulan saya tetap melakukan pemantauan perkembangan bursa Amerika dan dunia dan mendapati bahwa Dow Jones terpuruk lagi dan Harga Emas alias Gold Price naik. Padahal kondisi harga emas sempat naik tinggi beberapa minggu di bulan Ramadan sebelum akhirnya terpuruk karena koreksi di minggu terakhir menjelang Idulfitri.

Akan tetapi, meskipun harga Logam Mulia (LM) juga ikut terpuruk, fenomena 'borong emas' jelang lebaran menyebabkan harga jual LM tetap tinggi. Tidak hanya itu, meskipun harga jual juga tinggi tapi kita akan kesulitan untuk mendapatkan LM dengan gram kecil karena posisi barang yang kosong. Entah kosong karena Aneka Tambang kehabisan stok atau memang toko emas belum mau melepas LM mereka karena kondisi harga yang bisa berubah setiap jamnya.

Apabila dilihat secara historis, harga emas Logam Mulia di Indonesia pun secara konstan memang terus meningkat. Saat ini harga Logam Mulia sudah bertengger diatas Rp 500,000 per gram sementara tahun lalu masih berkisar antara Rp. 390.000 - Rp 420.000. Dapat dilihat hanya kurang dari 1 tahun saja di tahun 2011 ini kenaikan harga emas dunia dan terutama LM sudah diatas 25%.

Kalau kita hitung dengan menggunakan rata-rata kenaikan 20% per tahun, maka tidak heran kalau ditahun 2015 harga logam mulia bisa mencapai Rp. 1 juta per gram. 

Ketika saya mulai merekomendasikan orang untuk berinvestasi di Logam Mulia ditahun 2003, ketika itu harga LM masih dikisaran Rp 130,000 - Rp 150.000 per gram, dan tidak banyak orang yang mendengarkan rekomendasi saya. Bahkan masih ingat dalam ingatan saya ditahun 2005 banyak orang yang melecehkan saya karena memberikan rekomendasi alternatif investasi di emas Logam Mulia, karena emas adalah investasi kakek nenek dan orang tua kita. Malah saya sempat di cap Perencana Keuangan alias Financial Planner kuno. Tapi liat saat ini, kini orang-orang berlomba-lomba mengumpulkan emas, dan selama kondisi ekonomi dunia masih tidak stabil serta orang tidak percaya mata uang dunia, selama itu juga emas masih akan berjaya.

Banyak yang kemudian menjadi takut kalau harga emas ini naik terlalu cepat alias Bubbling. Akan tetapi, dengan masih tingginya permintaan emas baik di China & India dan terbatasnya jumlah emas yang masih bisa ditambang, serta permintaan pembelian yang terus menanjak, maka kenaikan harga emas tersebut masih cukup realistis. Apalagi ditengah ketidak percayaan banyak orang terhadap mata uang dunia seperti US Dollar dan sekarang Euro membuat banyak investor mencari alternatif investasi yang lebih bisa dipercaya.

Pertanyaannya adalah, apakah kemudian emas bisa turun? Karena ini tetap instrument investasi, tentu saja jawabannya bisa turun, hanya pertanyaanya adalah kapan?. Kalau kita melihat statistik harga emas dunia selama ini, penurunan dasyat terjadi ditahun 80-an dan tahun 2008 kemarin. Sementara penurunan tajam yang terjadi beberapa minggu yang lalu lebih kepada koreksi sehat karena harga jual emas dunia yang saat itu sempat naik tajam sekali menembus level resistan. Sementara dengan ketidakpastian kondisi ekonomi dunia dan melemahnya bursa dunia, emas bisa dipakai sebagai alternatif pengimbang (baca: diversifikasi) portofolio kita.

Banyak orang yang pesimistis dan mengatakan kenaikan emas tidak ada hitungan fundamentalnya. Beberapa 'orang-orang pintar' bahkan mengatakan emas tidak bisa divaluasi, serta jumlahnya (kapitalisasi) yang tidak sebanyak instrumen keuangan lainnya seperti saham dan obligasi menyebabkan emas menjadi volatile. Pendapat tersebut sah-sah saja, karena orang bebas berpendapat, tapi yang tidak bisa dipungkiri adalah ketika cincin emas yang saya buat ditahun 1995 seharga tidak sampai Rp 1 juta, ditahun 2005 ditawar toko emas diharga Rp. 10 juta. Anda bisa hitung sendiri berapa return hasil investasinya. Hitungan fundamental dan lain-lainnya memang penting, akan tetapi hasil akhirnya adalah, berapa harga emas ketika kita beli dan berapa harga emas ketika kita jual yang akan menentukan kenaikan aset kita. 

So? Masih kebanyakan mikir untuk investasi di emas? 

(qom/qom)

Beli Emas Praktis via ATM

Nurul Qomariyah - detikFinance 


Jakarta - Tingginya permintaan emas membuat sejumlah bank dan pedagang emas di China membuat inovasi kemudahan investasi dengan ATM emas. Di China yang merupakan negara konsumen emas terbesar kedua di dunia itu kini sudah ada ATM emas untuk pembelian yang lebih praktis.

ATM Emas ini diluncurkan di kota supersibuk China, Beijing. Para tukang belanja di Wangfujing Street yang populer itu tinggal memasukkan uang tunai atau semacam kartu ATM untuk menarik batangan ataupun kon emas dalam berat yang bervariasi lewat ATM tersebut.

Namun menurut berita yang dilansir dari AFP, Senin (26/9/2011), penarikan emas melalui ATM tersebut dibatasi maksimal 2,5 kilogram atau setara dengan 1 juta yuan (US$ 156.500). Saat ini mesin ATM emas tercatat sudah ada di Inggris, AS, Timur Tengah dan Eropa.

Mesin ATM Emas itu diluncurkan oleh Beijing Agricultural Commercial Bank dan sebuah perusahaan perdagangan emas. Mereka juga berniat menempatkan sejumlah ATM Emas di lokasi yang aman seperti pusat perbelanjaan emas atau klub-klub privat.

Emas memang kerap kali digunakan sebaai alat untuk melawan inflasi dan keberadaan mesin-mesin ATM emas itu dapat membuktikan kepopulerannya di tengah masyarakat China yang sedang mencari jalan aman guna melindungi uang mereka dari kenaikan harga-harga.

Menurut World Gold Council, permintaan emas di China tercatat melonjak hingga 27% secara year on year menjadi 579,5 ton tahun 2010. India masih tercatat sebagai negara konsumen emas terbese di dunia dengan kenaikan mencapai 66% menjadi 963,1 ton.

(qom/qom)

Minggu, 25 September 2011

Pemilik Emas Terbesar di Dunia

REP | 25 September 2011 | 01:33

842 35  9 dari 11 Kompasianer menilai aktual
Saya iseng-iseng saja melihat data-data dewan emas dunia tentang siapa pemilik emas terbesar di dunia. Ah, masih tidak berubah, dan akan sangat sulit berubah melihat kenyataan ini;
Amerika Serikat tercatat memiliki 8.133,5 ton emas atau setara dengan 75,4% dari nilai devisanya. Diikuti kemudian oleh Jerman dengan 3.401,0 ton atau setara 72,7% dari cadangan devisa. Jerman ini menggeser IMF yang beberapa tahun lalu di belakang AS dan sekarang di tempat ketiga dengan 2.814,0 ton logam kuning di brankas mereka. Sementara Italia, negara yang peringkat utangnya baru saja dipangkas oleh Standard & Poor’s, memiliki cadangan emas 2.451,8 ton di bank sentral, jumlah itu setara dengan 72,4% cadangan devisa.
Rasio cadangan emas dengan devisa menggambarkan cara mereka mengamankan kekayaan dari risiko penurunan nilai mata uang. Emas, sebagaimana kita ketahui, menjadi aset safe haven yang tidak akan tergerus inflasi, bahkan dalam beberapa tahun ini melonjak melebihi prosentase inflasi dunia. Bayangkan jika anda menyimpan di bank dengan bunga ala kadarnya, sesungguhnya uang anda tetap berkurang karena inflasi sering lebih tinggi daripada bunga bank. Sementara emas biasanya naik mengikuti inflasi, bahkan bisa lebih tinggi.
Kembali ke soal stok emas, posisi kelima diduduki Perancis dengan 2.435,4 ton emas setara dengan 68,2% cadangan devisanya. China, salah satu negara yang tengah ekspansif memburu logam mulia untuk mendiversifikasi devisanya dari dolar, menyimpan 1.054,1 ton di bank sentral. Dan, itu hanya setara 1,6% dari keseluruhan cadangan devisanya. Rasio yang masih rendah ini mengindikasikan akan adanya tindakan luar biasa dari bank sentral China dengan mengeruk emas dari berbagai belahan dunia. Rasio 1,6% jelas tidak aman, apalagi di tengah gejolak ekonomi dunia di mana dolar–China tercatat sebagai pemegang terbesar obligasi AS–bisa saja jatuh dan menjadi kurang bernilai, juga pada mata uang euro di mana negeri Tirai Bambu mengoleksi surat utang dari benua biru.
Tempat ke tujuh dikuasai Switzerland yang memegang 1.040,1 ton emas, setara 17,3% cadangan devisa. Negara ini, dalam dunia finansial, terkenal karena mata uangnya menjadi salah satu safe haven. Namun, beberapa pekan lalu bank sentralnya telah mematok level tertinggi atas euro, guna menghindari apresiasi yang terlalu tinggi. Tingginya nilai franc justru dianggap merugikan ekonomi dalam negeri yang mengandalkan produk ekspor.
Nah, tentu anda penasaran kan di nomor berapakah Indonesia yang konon memiliki gunug emas di Papua dan Batu Hijau, Newmont? Eits, sebelum ke Indonesia, ternyata Filipina memiliki cadangan emas yang lebih besar loh. Mereka menempati urutan 23 dengan 158 ton emas yang setara 11% dari cadangan devisanya.
Oya, sebelum ke soal Indonesia, perlu dicatat bahwa rasio cadangan emas dengan devisa negara di ambil dengan menghargai emas $1.628,50 per troy ounce, harga pada Juli lalu. Jadi, rasio itu bisa naik apabila harga emas juga naik, kecuali ada kondisi tertentu. Satu troy ounce itu setara dengan 31,1 gram, jadi silakan konversikan dengan nila rupiah yang sedang anjlok.
Ternyata, di Asia Tenggara, Thailand menempati nomor urut 25 dengan 127,5 ton, tapi itu hanya setara 3,6% dari devisanya. Duh, belum aman tuh negeri Gajah Putih. Kabarnya Thailand bersama beberapa negara seperti Meksiko, Korea Selatan, Filipina, China, India, dan lain lain sedang memburu emas. Tapi, sekarang IMF sudah membatasi berapa maksimal sebuah bank sentral boleh membeli emas.
Di bawah Thailand ada Singapura dengan 127,4 ton emas, rasionya di bawah 3%. Teman, ternyata di luar kepemilikan bank sentral Singapura, negara kecil ini juga jadi tempat penyimpanan emas oleh sektor swasta. Menurut berita ini, di dekat bandara Changi terdapat kubah berlapis baja tempat tumpukan emas disimpan. Kebayang nggak senengnya paman Gober melihat tumpukan logam kuning ini? Nah, baru setelah Singapura, untuk kawasan Asia Tenggara, ada Indonesia dengan 73,1 ton, setara 3,0% cadangan devisanya. Di urutan dunia, RI menempati nomor absen 38. Lumayan kan yah, di atas Malaysia yang nangkring di kursi nomor 48 dengan cadangan emas 36,4 ton, atau hanya 1,4% dari cadangan devisa.
Ehm, sejatinya berapa sih rasio yang bagus bagi sebuah bank sentral untuk menyimpan cadangan emas? Ada yang bilang sekitar 70%, ya seperti yang di AS itu lah. So, kalaupun negara AS bubar atau paling sedikit nilai dolarnya turun, mereka masih punya cadangan emas yang bisa jadi mata uang. Logam ini sudah jadi mata uang ribuan tahun, tidak kenal batas negara, ras, agama, dan lain-lain. Kalau AS hancur, dolar kan tidak laku, tapi emas tetap saja laku, karena tidak perlu UU untuk mencetaknya.
Tahu tidak negara mana yang rasio kepemilikan emasnya paling tinggi? Saya sendiri tidak menduga bahwa 2 negara yang sedang bermasalah secara finansial di Eropa memiliki rasio yang paling tinggi. Yup, betul sekali, Portugal dan Yunani yang masing-masing dengan rasio 88% dan 80%. So, kalau mereka terancam gagl bayar, kenapa sih tidak mau jual emasnya untuk bayar utang? Orang waras juga tahu, kalau utang mereka direstrukturisasi kan tidak perlu bayar ke kreditur, alias boleh ngemplang. So, emasnya utuh dong… bisa digunakan untuk membangun negara yang hancur karena krisis. Oya, ternyata Yunani itu tercatat sebagai negara gagal bayar utang pertama dalam sejarah, tepatnya 24 abad lampau ketika 10 polis ngemplang pada sebuah kuil. Bayangin, 10 negara kota ngutang ke sebuah kuil! Caileeee, kaya juga ya rumah dewa itu. Ngumpulin uang dari jemaahnya kali ya… ngedarin kotak amal gitu.
Ehm, namun, kawan, semua ifo di atas bisa jadi salah. Kenapa coba? Yup, karena seharusnya Indonesia di urutan nomor satu! Percaya enggak?! Bukan, bukan karena gunung emas yang diambil freeport dan nwmont, tapi di Jogjakarta ada cadangan emas yang luar biasa banyaknya! Atau katakanlah di sebagian besar Jawa Dwipa… Emas itu berkliaran di mana-mana, ada yang narik becak, nyupir bus kota, nyangkul di sawah… Loh, kok bisa? Ya itulah Mas Joko, Mas Joni, Mas Sempilun, Mas Djumadi, Mas-mas yang lain juga banyak.
Okelah, ini saja dulu info enggak pentingnya…
Sumber info datanya dari Dewan Emas Dunia yang didapat secara valid dari IMF