Jumat, 30 November 2012

Kisah Uang Pensiun Yang Tidak Segera Habis…

Cerita ini saya adopsi dari pengalaman salah satu nasabah Gerai Dinar. Tahun 2008 ketika dia berusia 65 tahun sudah merasa sangat lelah dengan pekerjaannya, dia ingin istirahat tidak lagi bekerja namun juga tidak ingin menjadi beban orang lain. Pada saat yang bersamaan dia ingin tabungannya mampu melawan inflasi sehingga dapat menopang kebutuhan hidupnya sampai akhir hayat. Yang dia lakukan ini bisa menjadi contoh bagi para pensiunan lainnya.

Pada pertengahan Oktober 2008 ketika harga Dinar berada di Rp 1,197,000 dia mengkonversi sebagian tabungan dan dana pensiunnya menjadi 1,000 Dinar atau setara Rp 1,197,000,000 saat itu. Sebagian yang lain dia pertahankan dalam Rupiah dan Dollar karena akan dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan jangka pendek lainnya.

Uang tabungan dan dana pensiun yang tidak dikonversikan ke Dinar habis untuk mencukupi kebutuhannya selama tiga tahun kemudian yaitu sampai September 2011. Selama tiga tahun tersebut  Dinar belum digunakan tetapi juga hanya bertambah sedikit saja yaitu menjadi 1,010 Dinar, bila dikonversikan menjadi Rupiah pada September 2011 Dinar tersebut telah menjadi Rp 2,248,000,000,- atau mengalami kenaikan sekitar 88% dalam tiga tahun.

Untuk mempertahankan standar kehidupannya, beliau ini kemudian sejak Oktober 2011 menjual 10 Dinar per bulan untuk membiayai kehidupan sehari-harinya. Berikut adalah analisa pembandingnya seandainya pada Oktober 2008 tersebut beliau memutuskan untuk semua uangnya di deposito-kan (tidak membeli 1000 Dinar).

Dengan tingkat bagi hasil rata-rata deposito 6 % per tahun, bila dibelanjakan dengan standar kwalitas kehidupan yang tetap – setara 10 Dinar per bulan, maka tabungan beliau bila ditaruh di deposito akan habis pada bulan April 2016 atau ketika beliau baru berusia sekitar 73 tahun.

Dengan Dinar yang mampu melawan inflasi, tabungan Dinar beliau insyaallah akan cukup mempertahankan kwalitas kehidupan dengan 10 Dinar per bulan sampai bulan Februari 2020 atau sampai usia beliau 77 tahun. Dengan dana pensiun berbasis Dinar ini beliau tidak perlu mencemaskan efek inflasi karena hasil penjualan 10 Dinar tersebut akan menyesuaikan atau bahkan mengungguli angka inflasi.

Bila trend kenaikan harga Dinar tahun-tahun mendatang mengikuti trend kenaikan yang sama di kisaran 1.5 % per bulan selama 4 tahun terakhir, nilai 10 Dinar per bulan yang sekarang sekitar  Rp 22,000,000 akan  menjadi skitar Rp 85,000,000 pada saat dana pensiun tersebut habis di bulan Februari 2020.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah dana pensiun yang tidak segera habis tersebut. Pertama dengan pengelolaan berbasis Dinar yang kebal inflasi bahkan mampu mengunggulinya, para pensiunan akan mampu menjaga kwalitas kehidupannya untuk waktu yang lebih lama – ketimbang dana pensiun yang hanya di depositokan.

Kedua, meskipun dalam Dinarnya tetap - para pensiunan bisa menaikkan uang pensiunnya (dalam Rupiah) secara otomatis melawan inflasi. Pensiun dengan 10 Dinar per bulan  (Rp 22,000,000) sekarang cukup – delapan tahun lagi 10 Dinar per bulan (Rp 85,000,000) insyaAllah juga tetap cukup. Itulah yang saya sebut uang pensiun yang tidak segera habis itu ! InsyaAllah.

Senin, 19 November 2012

Basel Dan Emas…


Pada musim dingin di awal tahun 1999 saya naik kereta sekitar satu jam perjalanan dari Zurich ke Basel, sebuah kota kecil yang dingin di Swiss. Meskipun dia adalah kota ke 3 terbesar di Swiss – jumlah penduduknya hanya kurang dari 170,000 orang – tidak lebih dari penduduk satu kecamatan dimana saya tinggal di Depok. Kota kecil yang dingin itu, bisa jadi akan memanaskan keuangan dunia awal tahun 2013 nanti. Apa yang terjadi di sana ?

Di kota kecil Basel ini ada sekelompak orang yang sangat exclusive, sangat rahasia dan sangat perkasa di dunia keuangan. Markas mereka konon di design memiliki perlindungan yang cukup menghadapi perang nuklir sekalipun. Mereka adalah bank sentral-nya bank sentral dunia. Apa yang mereka katakan menjadi kerangka kerjanya bank-bank sentral dunia.

Mereka sangat irit ‘bicara’ , mereka baru ‘bicara’ tiga kali sejak pembentukannya 38 tahun lalu (1974). Tahun 1988 mereka ‘bicara’ tentang Basel I, tahun 2004 mereka ‘bicara’ lagi tentang Basel II dan di tahun 2012 ini mereka ‘bicara’ tengantang Basel III. ‘Pembicaraan’ mereka yang irit inipun cukup membuat perbankan dunia gonjang-ganjing untuk menyesuaikan dengan ‘pembicaraan mereka’.

Karena saya bukan orang bank, saya tidak terlalu tertarik untuk mendalami apa yang mereka ‘bicarakan’ kecuali terhadap satu hal yaitu emas. Pada Basel I dan Basel II mereka sengaja mendiskreditkan emas sebagai asset tingkat III – bukan asset yang sesungguhnya. Kalau dijadikan cadangan hanya dinilai separuh dari harga pasarnya. Saat itu yang dianggap asset tingkat I  atau uang yang sesungguhnya adalahgovernment bond, mortgage backed securities,  cash dan sejenisnya.

Tetapi banyak sekali hal terjadi dalam beberapa tahun terkhir, asset yang semula mereka anggap tingkat I seperti mortgage  - kini banyak yang malah menjadi asset yang sangat beracun (toxic assets). Bahkan banyak pula government bond di negara-negara Eropa yang hancur mendekati nilai sampah (junk). Lantas kemana mereka akan berpaling ?

Kemana lagi kalau bukan emas ?, asset yang mereka coba discredit-kan selama hampir empat dasawarsa terakhir ini ternyata malah berhasil membuktikan dirinya sebagai asset yang tetap perkasa di segala cuaca, mampu melalui krisis demi krisis tanpa kehilangan nilainya yang sesungguhnya.

Maka mereka-pun harus mengakui keperkasaan emas ini dalam pembicaraan mereka terakhir yang disebut Basel III. Basel III yang rencananya mulai diimplementasikan awal 2013 nanti, menempatkan emas pada posisi yang seharusnya yaitu asset tingkat I.

Dengan pengakuan ini, maka sebenarnya secara diam-diam emas telah kembali ke system keuangan dunia, emas menjadi asset yang sesungguhnya dan dapat digunakan sebagai cadangan dengan 100 % nilai pasar.

Apa ini dampaknya ?, bayangkan bila bank-bank sentral dunia mulai berburu emas kembali karena pilihan cadangan mereka yang kini head to head antara bond, mortgage, emas dlsb. Ketika emas dilihat sebagaimana seharusnya, bersaing secara bebas dengan asset-asset yang lainnya – maka dengan mudah emas ini akan menjadi asset yang setidaknya pasti tidak kalah menarik dibandingkan dengan berbagai asset lainnya seperti bond, mortgage dan bahkan dibandingkan dengan cash sekalipun.

Dibuka dengan ‘pembicaraan’ di Basel III ini, dunia toh akhirnya akan mengakui kembali bahwa emas itulah uang yang sesungguhnya. Uang yang mampu mempertahankan nilai ketika yang lain menjadi racun (toxic assets) atau menjadi sampah (junk). Uang yang tahan segala cuaca !.

Maka dari kota kecil yang dingin, sekelompok orang-orang yang dingin dan irit bicara tersebut di atas dengan suka ataupun tidak suka harus mengakui bahwa akses masyarakat pada nilai assets yang sesungguhnya itu tidak bisa mereka setir. Pengakuan mereka  ini-pun bisa jadi akan ‘memanaskan’ system keuangan dunia dan bisa menjadi pemicu bull market berikutnya untuk kenaikan harga emas di tahun-tahun mendatang. Wa Allahu A’lam.

Senin, 12 November 2012

Antara Kambing, Dinar dan Inflasi…


Satu hari menjelang Iedhul Adha 33 tahun silam harian Suara Merdeka yang terbit di Jawa Tengah menulis : “…Hari Raya Iedhul Adha 1399 H yang akan jatuh tempo hari Rabu  esok tanggal 31-10-1979…seekor kambing semula hanya Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu, saat ini sudah mencapai Rp 25 ribu sampai Rp 80 ribu…” (Suara Merdeka, 30 Oktober 1979).

Penasaran dengan data harga kambing qurban 33 tahun silam tersebut, saya langsung mengecek ke data harga Dinar 40 tahun yang pernah saya muat di situs ini dua tahun silam atau tepatnya tanggal 1 November 2010, ternyata harga Dinar rata-rata tahun 1979  tersebut adalah Rp 26,409,-

Artinya harga kambing qurban 33 tahun silam tersebut masih berada di kisaran yang sama dengan harga kambing qurban 1400 tahun silam yaitu di sekitar angka 1 Dinar. Hari-hari ini Dinar berada di sekitar angka Rp 2,260,000,- dan kita tetap bisa membeli seekor kambing qurban kelas pilihan.

Angka-angka tersebut sebenarnya bercerita banyak ke kita, antara lain bahwa uang hakiki yang namanya disebut di Al-Qur’an itu terbukti belum pernah kehilangan daya belinya. Bila orang tidak bisa mempercayai data inflasi – seperti di Amerika sampai muncul Shadow Government Statistics  , maka kita cukup memperhatikan harga kambing atau harga Dinar untuk mengetahui inflasi yang sesungguhnya dialami oleh uang kertas kita.

Kami di Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin - Jonggol menetapkan harga kambing qurban kelas istimewa di angka 1 Dinar atau di kisaran Rp 2,260,000 hari ini. Bila dibandingkan dengan harga kambing Qurban terbaik tahun 1979 di rentang angka Rp 25,000,- s/d Rp 80,000 maka harga sekarang dalam Rupiah mengalami kenaikan antara 28 s/d 90 kalinya. Atau inflasi rata-rata harga kambing per tahun selama 33 tahun terakhir di kisaran angka 11 % s/d 15 % dalam Rupiah. Inflasi dalam Dinar 0 % karena Dinar tetap cukup untuk membeli 1 ekor kambing yang baik untuk qurban !.

Dengan menggunakan Rule 72 yang pernah saya tulis di situs ini, maka harga kambing akan naik menjadi dua kalinya dalam rentang waktu antara 4.8 tahun s/d 6.5 tahun.

Apa artinya angka-angka tersebut di atas dalam investasi dan perencanaan keuangan Anda ? Bila hasil investasi Anda selama ini tidak bisa mencapai rentang angka 11 % s/d 15 % ; atau tidak bisa berlipat dua dalam rentang waktu 4.8 tahun sampai 6.5 tahun , maka kemungkinan besar investasi Anda tersebut berada dibawah angka inflasi yang sesungguhnya. Asset Anda menurun nilai riilnya dan bukannya bertambah.

Hari-hari ini dan juga setahun terakhir nilai emas atau Dinar cenderung rendah, tetapi serendah-rendahnya harga emas dia tidak pernah kehilangan daya belinya. Bila daya belinya terhadap kambing terbukti bertahan selama 1,400 tahun lebih ; terbukti pula bertahan dalam statistik modern 33 tahun lebih – maka tidak ada alasan untuk kita meragukan kemampuan emas atau Dinar mempertahankan daya belinya dalam jangka panjang ke depan.

Sebaliknya terhadap uang kertas, bila dalam 33 tahun saja daya belinya tinggal 1/90 s/d 1/28 – apakah kita yakin bahwa uang kertas ini akan bisa mempertahankan daya belinya dalam rentang waktu perencanaan keuangan kita ke depan 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun ketika Anda memasuki usia pensiun atau anak-anak Anda yang kini baru lahir memerlukan biaya kuliahnya ?. Wa Allahu A’lam.

Senin, 01 Oktober 2012

Menduga Harga Emas Dengan Dollar Base Money…


Banyak cara orang untuk memprediksi harga emas kedepan, semuanya memiliki argumennya sendiri. Maka melalui tulisan ini saya perkenalkan cara yang menurut saya sendiri cukup akurat. Saya menggunakan teori supply and demand yang sederhana saja. Bila Dollar dan emas kita anggap sebagai barang dengan supply and demand-nya masing-masing, maka interaksi keduanya akan membentuk harga yang menarik.

Untuk keperluan ini saya gunakan data supply uang yang paling dasar yaitu yang disebut base money atau the monetary base. Ini adalah uang yang paling likwid yang terdiri dari uang koin, uang kertas dan cadangan bank komersial di bank sentral. Data untuk base money Dollar saya ambil dari datanya the Fed.

Data ini kemudian saya padukan dengan data harga emas internasional yang disajikan oleh Kitco. Untuk keperluan analisa sederhana ini saya hanya ambil data per enam bulan – sejak pertengahan tahun 2008 sampai sekarang. Tahun 2008 saya pilih karena tahun tersebut adalah tahun dimana konsep Quantitative Easing mulai diperkenalkan, jadi penggelembungan uang Dollar terjadi mulai tahun itu.

Perhatikan sekarang perkembangan US$ base money yang saya padukan dengan pertumbuhan harga emas dalam grafik berikut :

Base Money vs Gold

Secara kasat mata dua grafik tersebut sangat berhubungan satu sama lain. Hubungan ini dalam statistik bisa dilihat dari correlation coefficient-nya yang sampai 99.87%, artinya kurang lebih ya sangat sangat berhubungan.

Nah sekarang kita amati yang garis base money dahulu, mengapa base money Dollar melonjak menjadi lebih dari tiga kalinya dari pertengahan tahun 2008 (US$ 833 Milyar) menjadi US$ 2,615 Milyar pertengahan tahun ini ?. Antara lain karena selama periode ini ada dua kali QE yait QE 1 dan QE 2 yang masing-masing nilainya US$ 600 Milyar.

Dapat kita katakan bahwa QE ternyata membawa peningkatan base money yang lebih besar dari jumlah QE itu sendiri. Bila total QE dari 2008 sampai dengan pertengahan tahun ini hanya US$ 1,200 Milyar ; US base money-nya ternyata bertambah sebesar US$ 1,782 atau mendekati 1.5 kalinya.

Kita lihat harga emas dalam periode yang sama tersebut melonjak dari US$ 899/Ozt ke US$ 1,600. Atau secara rata-rata setiap tambahan 1 Milyar Dollar base money, menaikkan harga emas dunia dalam Dollar sebesar sekitar US$ 0.65/Ozt.

Sekarang kita lihat kedepannya seperti apa kira-kira harga emas dunia dalam Dollar. QE III atau yang di pasar disebut QE-infinity, intinya merupakan rencana the Fed untuk mebanjiri ekonomi Amerika dengan tambahan US$ 40 Milyar/bulan tanpa batas yang ditentukan. Untuk sementara  ini batas itu diperkirakan 2015 saat mereka berharap ekonominya pulih.

Jadi dari sekarang sampai akhir 2014 akan ada 27 bulan kali US$ 40 milyar atau US$ 1,080 Milyar uang baru ditambahkan oleh the Fed ke ekonomi Amerika. Bila dampaknya ke base money sama dengan QE 1 dan QE 2, maka dari sekarang sampai akhir 2014 akan ada kenaikan Dollar base money sebesar 1.5 x US$ 1,080 Milyar atau US$ 1,620 Milyar.

Dari sini kita bisa hitung harga emas sampai akhir 2014 kira-kira akan bertambah 0.65 x US$ 1,620 atau bertambah sekitar  US$ 1,053/Ozt. Kalau sekarang harga emas di kisaran US$ 1,760/Ozt, maka akhir 2014 harga emas dunia akan berkisar di angka US$ 2,813/Ozt atau akan mengalami pertumbuhan mendekati 60% dari sekarang.

Namanya juga dugaan, tentu saya bisa saja keliru. Tetapi yang jelas palu the Fed sudah diketok, QE-Infinity sudah digelindingkan. Kita hanya tahu apa dampaknya QE ini terhadap harga emas - yang berarti juga daya beli uang kertas kita - dari apa yang sudah terjadi dengan dua QE sebelumnya. Maka apa salahnya kita belajar dari apa yang sudah terjadi ini, kemudian kita memproteksi diri dari dampak buruknya yang sudah terbukti selama ini. Wa Allahu A’lam.

Menduga Harga Emas Dengan Dollar Base Money…


Banyak cara orang untuk memprediksi harga emas kedepan, semuanya memiliki argumennya sendiri. Maka melalui tulisan ini saya perkenalkan cara yang menurut saya sendiri cukup akurat. Saya menggunakan teori supply and demand yang sederhana saja. Bila Dollar dan emas kita anggap sebagai barang dengan supply and demand-nya masing-masing, maka interaksi keduanya akan membentuk harga yang menarik.

Untuk keperluan ini saya gunakan data supply uang yang paling dasar yaitu yang disebut base money atau the monetary base. Ini adalah uang yang paling likwid yang terdiri dari uang koin, uang kertas dan cadangan bank komersial di bank sentral. Data untuk base money Dollar saya ambil dari datanya the Fed.

Data ini kemudian saya padukan dengan data harga emas internasional yang disajikan oleh Kitco. Untuk keperluan analisa sederhana ini saya hanya ambil data per enam bulan – sejak pertengahan tahun 2008 sampai sekarang. Tahun 2008 saya pilih karena tahun tersebut adalah tahun dimana konsep Quantitative Easing mulai diperkenalkan, jadi penggelembungan uang Dollar terjadi mulai tahun itu.

Perhatikan sekarang perkembangan US$ base money yang saya padukan dengan pertumbuhan harga emas dalam grafik berikut :

Base Money vs Gold

Secara kasat mata dua grafik tersebut sangat berhubungan satu sama lain. Hubungan ini dalam statistik bisa dilihat dari correlation coefficient-nya yang sampai 99.87%, artinya kurang lebih ya sangat sangat berhubungan.

Nah sekarang kita amati yang garis base money dahulu, mengapa base money Dollar melonjak menjadi lebih dari tiga kalinya dari pertengahan tahun 2008 (US$ 833 Milyar) menjadi US$ 2,615 Milyar pertengahan tahun ini ?. Antara lain karena selama periode ini ada dua kali QE yait QE 1 dan QE 2 yang masing-masing nilainya US$ 600 Milyar.

Dapat kita katakan bahwa QE ternyata membawa peningkatan base money yang lebih besar dari jumlah QE itu sendiri. Bila total QE dari 2008 sampai dengan pertengahan tahun ini hanya US$ 1,200 Milyar ; US base money-nya ternyata bertambah sebesar US$ 1,782 atau mendekati 1.5 kalinya.

Kita lihat harga emas dalam periode yang sama tersebut melonjak dari US$ 899/Ozt ke US$ 1,600. Atau secara rata-rata setiap tambahan 1 Milyar Dollar base money, menaikkan harga emas dunia dalam Dollar sebesar sekitar US$ 0.65/Ozt.

Sekarang kita lihat kedepannya seperti apa kira-kira harga emas dunia dalam Dollar. QE III atau yang di pasar disebut QE-infinity, intinya merupakan rencana the Fed untuk mebanjiri ekonomi Amerika dengan tambahan US$ 40 Milyar/bulan tanpa batas yang ditentukan. Untuk sementara  ini batas itu diperkirakan 2015 saat mereka berharap ekonominya pulih.

Jadi dari sekarang sampai akhir 2014 akan ada 27 bulan kali US$ 40 milyar atau US$ 1,080 Milyar uang baru ditambahkan oleh the Fed ke ekonomi Amerika. Bila dampaknya ke base money sama dengan QE 1 dan QE 2, maka dari sekarang sampai akhir 2014 akan ada kenaikan Dollar base money sebesar 1.5 x US$ 1,080 Milyar atau US$ 1,620 Milyar.

Dari sini kita bisa hitung harga emas sampai akhir 2014 kira-kira akan bertambah 0.65 x US$ 1,620 atau bertambah sekitar  US$ 1,053/Ozt. Kalau sekarang harga emas di kisaran US$ 1,760/Ozt, maka akhir 2014 harga emas dunia akan berkisar di angka US$ 2,813/Ozt atau akan mengalami pertumbuhan mendekati 60% dari sekarang.

Namanya juga dugaan, tentu saya bisa saja keliru. Tetapi yang jelas palu the Fed sudah diketok, QE-Infinity sudah digelindingkan. Kita hanya tahu apa dampaknya QE ini terhadap harga emas - yang berarti juga daya beli uang kertas kita - dari apa yang sudah terjadi dengan dua QE sebelumnya. Maka apa salahnya kita belajar dari apa yang sudah terjadi ini, kemudian kita memproteksi diri dari dampak buruknya yang sudah terbukti selama ini. Wa Allahu A’lam.

Menduga Harga Emas Dengan Dollar Base Money…


Banyak cara orang untuk memprediksi harga emas kedepan, semuanya memiliki argumennya sendiri. Maka melalui tulisan ini saya perkenalkan cara yang menurut saya sendiri cukup akurat. Saya menggunakan teori supply and demand yang sederhana saja. Bila Dollar dan emas kita anggap sebagai barang dengan supply and demand-nya masing-masing, maka interaksi keduanya akan membentuk harga yang menarik.

Untuk keperluan ini saya gunakan data supply uang yang paling dasar yaitu yang disebut base money atau the monetary base. Ini adalah uang yang paling likwid yang terdiri dari uang koin, uang kertas dan cadangan bank komersial di bank sentral. Data untuk base money Dollar saya ambil dari datanya the Fed.

Data ini kemudian saya padukan dengan data harga emas internasional yang disajikan oleh Kitco. Untuk keperluan analisa sederhana ini saya hanya ambil data per enam bulan – sejak pertengahan tahun 2008 sampai sekarang. Tahun 2008 saya pilih karena tahun tersebut adalah tahun dimana konsep Quantitative Easing mulai diperkenalkan, jadi penggelembungan uang Dollar terjadi mulai tahun itu.

Perhatikan sekarang perkembangan US$ base money yang saya padukan dengan pertumbuhan harga emas dalam grafik berikut :

Base Money vs Gold

Secara kasat mata dua grafik tersebut sangat berhubungan satu sama lain. Hubungan ini dalam statistik bisa dilihat dari correlation coefficient-nya yang sampai 99.87%, artinya kurang lebih ya sangat sangat berhubungan.

Nah sekarang kita amati yang garis base money dahulu, mengapa base money Dollar melonjak menjadi lebih dari tiga kalinya dari pertengahan tahun 2008 (US$ 833 Milyar) menjadi US$ 2,615 Milyar pertengahan tahun ini ?. Antara lain karena selama periode ini ada dua kali QE yait QE 1 dan QE 2 yang masing-masing nilainya US$ 600 Milyar.

Dapat kita katakan bahwa QE ternyata membawa peningkatan base money yang lebih besar dari jumlah QE itu sendiri. Bila total QE dari 2008 sampai dengan pertengahan tahun ini hanya US$ 1,200 Milyar ; US base money-nya ternyata bertambah sebesar US$ 1,782 atau mendekati 1.5 kalinya.

Kita lihat harga emas dalam periode yang sama tersebut melonjak dari US$ 899/Ozt ke US$ 1,600. Atau secara rata-rata setiap tambahan 1 Milyar Dollar base money, menaikkan harga emas dunia dalam Dollar sebesar sekitar US$ 0.65/Ozt.

Sekarang kita lihat kedepannya seperti apa kira-kira harga emas dunia dalam Dollar. QE III atau yang di pasar disebut QE-infinity, intinya merupakan rencana the Fed untuk mebanjiri ekonomi Amerika dengan tambahan US$ 40 Milyar/bulan tanpa batas yang ditentukan. Untuk sementara  ini batas itu diperkirakan 2015 saat mereka berharap ekonominya pulih.

Jadi dari sekarang sampai akhir 2014 akan ada 27 bulan kali US$ 40 milyar atau US$ 1,080 Milyar uang baru ditambahkan oleh the Fed ke ekonomi Amerika. Bila dampaknya ke base money sama dengan QE 1 dan QE 2, maka dari sekarang sampai akhir 2014 akan ada kenaikan Dollar base money sebesar 1.5 x US$ 1,080 Milyar atau US$ 1,620 Milyar.

Dari sini kita bisa hitung harga emas sampai akhir 2014 kira-kira akan bertambah 0.65 x US$ 1,620 atau bertambah sekitar  US$ 1,053/Ozt. Kalau sekarang harga emas di kisaran US$ 1,760/Ozt, maka akhir 2014 harga emas dunia akan berkisar di angka US$ 2,813/Ozt atau akan mengalami pertumbuhan mendekati 60% dari sekarang.

Namanya juga dugaan, tentu saya bisa saja keliru. Tetapi yang jelas palu the Fed sudah diketok, QE-Infinity sudah digelindingkan. Kita hanya tahu apa dampaknya QE ini terhadap harga emas - yang berarti juga daya beli uang kertas kita - dari apa yang sudah terjadi dengan dua QE sebelumnya. Maka apa salahnya kita belajar dari apa yang sudah terjadi ini, kemudian kita memproteksi diri dari dampak buruknya yang sudah terbukti selama ini. Wa Allahu A’lam.

Minggu, 16 September 2012

QE – Infinity dan Maknanya Bagi Kemakmuran Kita…

Beberapa jam lalau the Fed-nya Amerika mengumumkan program penggelembungan balance sheet-nya yang ketiga  dalam empat tahun terakhir. Program yang oleh pasar disebut Quantitative Easing (QE) ini oleh the Fed sendiri disebutnya sebagai Large Scale Asset Purchase (LSAP). Apapun penyebutannya apakah QE atau LSAP, itu tidak penting bagi kita – tetapi yang penting untuk kita ketahui adalah apa makna ini semua bagi kemakmuran kita.

Setiap kali QE diluncurkan, the Fed sejatinya sedang memperkaya diri  (menggelembungkan balance sheet-nya). Dengan apa ?, dengan uang baru yang dicetaknya dari awang-awang. Karena adanya sejumlah ‘uang baru’ ini supply uang di pasar bertambah sedangkan sisi demand-nya yaitu transaksi barang dan jasa yang membutuhkan uang tersebut tidak serta merta bertambah dengan proporsi yang sama.

Walhasil seperti hukum supply and demand pada umumnya, ketika supply melebihi demand maka harga jatuh. Karena supply itu kali ini adalah uangnya the Fed yaitu US$, maka setiap kali QE dilakukan – selalu diikuti dengan kejatuhan nilai tukar US$ itu terhadap barang dan jasa. Itulah sebabnya beberapa menit setelah pengumuman the Fed semalam, harga emas langsung melonjak di atas US$ 1,660/ozt. Harga emas dunia dalam Dollar merupakan indikator paling akurat untuk melihat penurunan daya beli Dollar terhadap komoditi riil seperti kebutuhan kita sehari-hari.

Kalau QE 1 membawa harga emas dari kisaran US$ 800-an ke angka US$ 1,200-an dalam periode dua tahun kemudian (2008-2010) ; kemudian QE 2 membawa harga emas dari kisaran US$ 1,200 ke US$ 1,600 (2010-2012); maka berapa harga emas akan dilambungkan oleh QE 3 ini ?, tebakan yang paling mudah adalah US$ 2,000 sampai dua tahun mendatang (2012-2014).

Namun ada perbedaannya antara QE sekarang dengan dua  QE sebelumnya. Bila dua QE sebelumnya sudah diberi batasan nilai masing-masing US$ 600 milyar, maka QE sekarang dibuat dalam open-ended statement yang berbunyi “…will continue until economic conditions improve - …akan terus dilakukan sampai kondisi ekonomi membaik”. Artinya the Fed dapat terus menggelembungkan asset-nya kapan saja dan berapa saja yang mereka butuhkan sampai ekonomi Amerika Serikat dipandangnya cukup membaik.

Dengan QE yang tidak diberi batasan atau di pasar disebut QE-infinity ini, dampak QE kali ini terhadap inflasi barang-barang atau yang terwakili oleh harga emas-pun menjadi tidak terbatas. Bila pelaksanaan QE itu ‘dicicil’ perbulan, maka setiap bulan akan ada motor penggerak inflasi baru ya EQ tadi.

Tetapi apakah penurunan daya beli US$ akan serta merta diikuti dengan penurunan daya beli uang lain di dunia seperti Rupiah ?, seharusnya memang tidak. Bila US$ daya belinya turun – Rupiah mestinya tidak harus ikut turun. Namun karena cadangan devisa kita juga tersimpan dalam US$ yang kini nilainya mencapai sekitar US$ 109 milyar, transaksi ekpor –impor kita mengunakan US$ dlsb. maka langsung ataupun tidak langsung dampak penurunan daya beli US$ itu akan mengimbas pada uang Rupiah kita juga.

Lantas bagaimana agar jerih payah kita semua tidak terus tergerus daya belinya oleh inflasi yang nampaknya akan berslangsung secara ‘infinity’ tersebut di atas ?. Yang terbaik adalah mengamankan hasil jerih payah kita dalam bentuk benda riil – yang nilainya terbawa pada benda itu sendiri, bukan nilai di atas kertas.

Apa contohnya ?, yang terbaik adalah barang dagangan bila Anda pandai berdagang – karena disamping nilainya terjaga, ketika berputar barang dagangan tersebut memberikan hasil.

Bila Anda belum pandai berdagang, pilihan berikutnya adalah asset produktif seperti ruko yang disewakan, asrama, kantor dan lain sebagianya. Investasinya  sendiri mampu mempertahankan nilai (tanah dan bangunan), hasil sewanya menjadi pendapatan rutin bagi pemiliknya.

Di antara asset produktif yang juga kami  rekomendasikan adalah sawah atau kebun yang dimakmurkan dengan berbagai tanaman di atasnya. Tanah sawah atau kebunnya sendiri merupakan asset yang mampu mempertahankan nilai, panenan dari tanaman di atasnya menjadi hasil investasi yang menjanjikan dan sangat bermanfaat bagi masyarakat luas.

Berkebun memiliki nilai lebih yang tidak terhitung dengan uang, bukan hanya mempertahankan nilai dan memberikan hasil panenan – berkebun ikut menyediakan/mempertahankan udara bersih dan mempertahankan cadangan air yang keduanya sangat dibutuhkan untuk kelangsungan umat manusia di muka bumi ini.  Barangkali ini pula hikmahnya mengapa kita tetap disuruh menanam benih yang ada di tangan kita meskipun seandainya rangkaian peristiwa hari kiamat sudah mulai.

Bila berdagang belum bisa, berkebun-pun belum memungkinkan – maka pilihan berikutnya yang mudah dan proven ya dengan apa yang kita perkenalkan di situs ini yaitu Dinar. Anda yang mengikuti pergerakan Dinar ini sejak sebelum QE 1, Anda tahu bahwa nilai Dinar Anda sudah melonjak lebih dari dua kalinya ?, itu menunjukkan bukti bahwa emas terbukti mampu dengan sangat baik mempertahankan nilai ketika mata uang kertas di seluruh dunia mengalami penurunan daya belinya.

Senin, 10 September 2012

Inflasi, Harga Emas, Rule 72 dan Statistik Para Istri…

Sejak ber abad-abad silam orang sudah biasa menghitung kenaikan harga barang-barang dengan cara yang disederhanakan atau apa yang disebut Rule 72. Bila angka 72 ini dibagi dengan kenaikan harga barang rata-rata per tahun, akan ketemu angka berapa tahun harga barang tersebut akan berlipat 2 kalinya. Ilmuwan kemudian menghitung dengan formula yang njlimet, ketemulah angka yang tidak jauh beda – yaitu ada yang ketemu angka 69, 69.3 atau 70.

Sebaliknya juga dengan mengetahui harga barang berlipat dua pada tahun ke sekian, kita bisa menduga rata-rata berapa kenaikan harga (inflasi) barang tersebut pertahunnya. Tidak sangat akurat memang, tetapi bisa menjadi cara mudah kita untuk menentukan sikap terhadap investasi, perencanaan keuangan keluarga , pengamanan hasil jerih payah dlsb.

Dengan menggunakan Rule 72 (atau angka 69 atau 70 yang Anda pilih), kita lebih mudah memahami apakah angka-angka inflasi yang disajikan oleh sumber resmi pemerintah make sense dengan realita yang kita hadapi atau tidak. Pemerintah di seluruh dunia punya kepentingan dengan statistik yang bisa jadi berbeda dengan kepentingan masyarakat, oleh karenanya bahkan di Amerika ada statistik bayangan yang dikeluarkan oleh Shadow Government Statistic.

Kita tidak perlu pusing-pusing membuat statistik bayangan, kita bisa gunakan kenaikan harga emas sebagai pembanding – kemudian cek dengan realita di pasar – mana yang lebih mendekati kenyataan.

Saya gunakan data BPS per Desember mulai dari tahun 2007-2011 untuk pembanding. Lihat hasilnya seperti pada table dibawah.


Dengan rata-rata inflasi umum yang disajikan pemerintah di sekitar angka 6.24 %, maka seharusnya dengan Rule 72 – kenaikan umum harga barang menjadi dua kalinya menjelang tahun ke 12. Atau dengan kenaikan harga bahan pangan yang menurut data inflasi di kisaran 8.90% per tahun, seharusnya hanya akan menjadi dua kali lipatnya pada tahun ke 8. Make sense - kah angka-angka ini ?

Istri Anda mungkin bisa menjawab dengan lebih akurat karena dia yang rajin ke pasar untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari. Coba cek dengan dia dengan dialog yang kurang lebih begini “ ma, uang belanja mama akan papa naikkan menjadi 2 kalinya dalam 8 tahun mendatang – karena menurut data inflasi harga bahan pangan baru akan naik menjadi 2 kali dari sekarang dalam 8 tahun yang akan datang ?”. Cek respon-nya, kemungkinan besarnya serta merta dia akan siap mengeluarkan angka inflasinya sendiri – dan saya yakin angka dia yang lebih mendekati realita.

Angka yang dikeluarkan istri Anda tersebut kemungkinan besarnya akan lebih dekat dengan angka pembanding berupa kenaikan harga  emas rata-rata di tabel tersebut di atas. Harga barang-barang akan naik menjadi dua kalinya dalam tempo sekitar 3 tahun ( atau 4 tahun berdasarkan statistik kita yang lebih panjang).

Mengapa dalam jangka panjang harga emas lebih akurat untuk mendeteksi inflasi yang sesungguhnya di masyarakat ?, karena harga emas dibentuk dengan kekuatan pasar dan dia beriringan dengan harga komoditi lain yang merupakan kebutuhan dasar manusia sejak jaman purba hingga jaman modern ini.

Rule (of thumb) 72 ini akan memudahkan Anda untuk membuat perencanaan keuangan Anda secara sederhana. Misalnya Anda akan pensiun dalam 4 tahun yang akan datang, Anda bisa menghitung kira-kira berapa kebutuhan biaya hidup Anda saat itu.

Anda mau memasukkan anak sekolah 6 tahun yang akan datang, berapa kira-kira yang Anda butuhkan untuk anak Anda saat itu. Menurut data BPS tersebut diatas sebenarnya Anda nggak perlu cemas karena biaya sekolah hanya akan menjadi dua kalinya dalam 18 tahun yang akan datang.

Tapi untuk amannya saya sarankan Anda menggunakan data pembanding saya berupa kenaikan harga emas rata-rata, Anda setidaknya perlu mempersiapkan anggaran yang 4 kali dari sekarang bila Anak Anda akan masuk sekolah 6 tahun yang akan datang. Jadi kalau masuk SMP unggulan saat ini perlu Rp 25 juta, maka untuk anak Anda yang kini baru kelas 1 SD kira-kira akan perlu Rp 100 juta pada saat dia masuk SMP nanti.

Lagi-lagi angka saya mungkin juga tidak akurat, tapi bisa Anda cek dengan istri Anda – mana angka-angka inflasi tersebut yang lebih make sense – untuk keperluan perencanaan keuangan Anda. Wa Allahu A’lam.