Jumat, 13 Januari 2012

Harga Emas : Dari Mana dan Akan Kemana…?

Oleh Muhaimin Iqbal   
Jum'at, 13 January 2012 06:53
Dalam dunia usaha, posisi sesaat tidaklah terlalu penting dibandingkan dengan trend-nya. Misalnya Anda punya warung sembako yang tahun 2011 lalu omset-nya Rp 50 juta, Angka ini tidak bisa untuk menjelaskan kinerja Anda apakah baik atau buruk. Angka ini baru berarti sesuatu bila misalnya dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya. Bila tahun 2010 omset Anda Rp 25 juta, berarti kinerja Anda tahun 2011 meningkat luar biasa 100 %. Sebaliknya bila tahun 2010 omset Anda sudah Rp 100 juta, maka usaha Anda sedang mengalami sunset atau sedang tenggelam di tahun 2011. Maka demikian pulalah dalam melihat perkembangan harga emas.

Pada akhir tahun 2011 lalu harga emas perdagangan London ditutup pada angka US$ 1,531.00/Oz – ini tidak menjelaskan apa-apa bila tidak dilengkapi dengan pembanding dari angka-angka tahun sebelumnya. Dari data di Kitco.com misalnya Anda bisa tahu bahwa harga emas penutupan London tahun sebelumnya (2010) adalah US$ 1,405.50, dan penutupan lima tahun sebelumnya (2007) adalah US$ 833.75. Jadi harga emas dunia akhir tahun 2011 sejatinya mengalami kenaikan sekitar 9 % dibanding tahun sebelumnya, dan naik sekitar 84 % dibandingkan lima tahun sebelumnya.

Dalam rupiah angka-angka ini berbeda karena faktor kurs. Akhir 2011 harga emas di pasar Indonesia sekitar Rp 500,000/gr, dibandingkan dengan akhir tahun 2010 sekitar Rp 400,000/gr dan akhir 2007 sekitar Rp 250,000/gr. Artinya di Indonesia harga emas telah mengalami kenaikan 25 % setahun terakhir dan 100 % dalam lima tahun terakhir !.

Apa makna angka-angka tersebut sesungguhnya ?, masyarakat harus melihat emas ini dalam perspektif jangka panjang. Pemerintah China nampak-nya melihat hal ini dengan baik sehingga bank sentralnya terus menambah persediaan emasnya disamping juga mereka mendorong dan mempermudah rakyatnya rame-rame membeli emas.

Tidak demikian halnya dengan negara-negara lain, dengan alasan-nya sendiri-sendiri dan sebagian juga karena ketidak tahuannya – negara-negara lain lebih condong mendorong rakyatnya mengakumulasi kekayaan dalam uang kertasnya – mereka justru kawatir bila rakyatnya terlalu banyak memegang emas maka  mata uang kertas mereka akan jatuh.

Disinilah sebenarnya pentingnya peran pemerintah, bank sentral dan dunia per-bank-an untuk dapat melihat emas ini dari perpekstif jangka panjang dan dari perspektif kepentingan masyarakat/rakyat-nya untuk bisa bertahan - bila krisis mata uang seperti yang pernah kita alami tahun 1997/1998 berulang.

Sejak dua tahun lalu saya sebenarnya  termasuk yang tidak setuju dengan akselerasi pembelian emas oleh masyarakat yang didanai dengan uang pinjaman atau gadai - bila tidak didukung oleh proses penciptaan nilai tambah. Namun bila kini direm mendadak sebenarnya juga tidak tepat, apalagi bila keputusan pengereman-nya dilandasi dengan persepsi jangka pendek bahwa seolah harga emas akan nyungsep.

Yang harus dilakukan oleh pemerintah, bank sentral dan dunia perbankan adalah meng-edukasi secara benar agar masyarakat tahu betul karakter dan funsgi emas ini. Mereka harus mementingkan kemampuan masyarakat dalam memutar ekonomi kemudian juga mampu mempertahankan kemakmurannya dengan baik – di atas kepentingannya untuk menjaga nilai mata uang kertas yang costly dan toh terbukti terus mengalami penurunan daya beli - sekuat apapun mereka berusaha mempertahankannya.

Fungsi semacam ini juga yang diemban oleh Gerai Dinar dalam skala Mikro, melalui tulisan dan melalui briefing ke agen-agen baru selalu kami ingatkan bahwa membuat masyarakat paham jauh lebih penting ketimbang membuat masyarakat membeli. Agen tidak kami kenakan target penjualan karena memang bukan menjual emas atau Dinar ini target utama kami – tetapi membuat masyarakat paham.

Itulan sebabnya tulisan di www.geraidinar.com jauh lebih banyak yang mengajak untuk memutar emas atau Dinar dengan membangun jiwa dan semangat entrepreneurship – ketimbang yang membahas Dinar atau emas itu sendiri.

Tulisan-tulisan mengenai emas seperti pada tulisan ini hanya saya buat bila dipandang perlu untuk  untuk me-refresh posisi perkembangan terakhir dan memberi perspektif yang lebih luas kepada masyarakat.

Dari waktu ke-waktu harga emas berayun seperti bandul jam. Bila posisi jam 6 kita anggap harga rata-rata, posisi jam 5 adalah harga tertinggi dan posisi jam 7 adalah harga terendah – maka begitulah harga emas – kadang menuju angka terendah (ayunan dari arah jam 6 ke jam 7) – kadang menuju angka tertinggi (dari arah jam 6 ke jam 5).

Untuk membantu memahaminnya saya sajikan grafik harga emas dalam Rp/gr yang saya kumpulkan sejak hampir empat tahun lalu dibawah. Harga rata-rata untuk mengetahui posisi jam 6-nya saya ambil dari rata-rata bergerak 50 harian atau bila di pasar disebut Daily Moving Average – 50 (DMA-50).

Trend Harga Emas 2008-2012
Trend Harga Emas 2008-2012
 

Maka dari grafik harga suatu waktu dan harga DMA-50 kurang lebih kita bisa memvisualisasikan sedang berada dimana bandul jam saat itu. Untuk Saat ini kurang lebih kita berada di sekitar jam 6 karena harga emas lagi berada di kisaran Rp 510,000/gram yang bersamaan dengan itu harga DMA-50 juga berada di kisaran harga ini.

Beberapa pekan terakhir ketika masyarakat investor emas  dibuat panik dengan investasi emasnya karena didorong oleh (wacana perubahan) kebijakan di bank sentral dan dunia perbankan syariah – saat itu bandul harga emas memang lagi berada di arah jam 6-7 ( berayun kebawah). Waktu-waktu di mana garis biru berada dibawah garis ungu adalah waktu bandul jam berada antara pukul 6-7 atau  sebaliknya, dan ketika garis biru di atas garis ungu adalah ketika bandul jam berada antara pukul 6-5 atau sebaliknya.

Sebagaimana ayunan bandul jam yang bergerak cepat  dengan urutan 6-7-6-5-6-7-6-5 dst., maka posisi gerakan cepat ini sebenarnya tidak perlu membuat panik siapapun apalagi kalau sampai menjadi dasar suatu kebijakan.

Dasar suatu kebijakan harus didukung oleh perspektif jangka panjang. Dari grafik di atas misalnya, kita tahu bahwa dari waktu ke waktu memang harga emas terus berayun – tetapi long term trend-nya jelas masih naik.

Meskipun demikian, betapa masuk akalnya sekalipun trend harga emas jangka panjang seperti yang pernah juga saya buat prediksi matematisnya di tulisan sebelumnya- dimana berdasarkan formula trend polynomial harga emas akan mencapai kisaran di atas Rp 1,000,000/gram tahun 2015 (ketika anak Anda yang kelas 3 SMP sekarang sampai kelas 3 SMA !) – ini tetaplah prediksi, bisa benar dan bisa juga keliru.

Tidak ada yang bisa melihat masa depan dengan 100% kebenaran, oleh karena itulah masyarakat harus dibuat mengerti dahulu sebelum mereka membeli atau berinvestasi di emas ini – mereka harus bisa melihat full picture-nya, bukan antusiasme sesaat seperti ketika harga emas melonjak selama Agustus – September 2011 lalu, dan bukan pula harus menjual karena kepanikan sesaat seperti yang terjadi antara November - Desember 2011 lalu. Wa Allahu ‘Alam.

Senin, 09 Januari 2012

Tidak Ada Perubahan Yang Terlalu Besar Untuk Dimulai…



Oleh Muhaimin Iqbal   
Senin, 09 January 2012 06:53

Belum lama ini jutaan ikan herring terdampar dan mati di pantai barat Norwegia dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Begitu banyaknya ikan yang terdampar ini sehingga sejauh mata memandang – bukan lagi pasir yang nampak di pantai tetapi tumpukan ikan-lah yang nampak (foto di bawah). Sampai-sampai berbagai ahli diNorwegian Institute of Marine Research-pun kebingungan dengan fenomena ini, mereka hanya bisa menduga-duga apa gerangan yang terjadi.


Stranded Herring
Stranded Herring
 

Di antara dugaan-dugaan itu yang masuk akal antara lain adalah koloni dari jutaan ikan herring tersebut tadinya berenang mengikuti gelombang laut ke arah pantai, tetapi kemudian ketika air pasang ini tiba-tiba surut lebih cepat dari kecepatan berenang balik mereka – maka ikan-ikan ini ‘tertinggal’ di pantai.

Dugaan lain adalah karena adanya perubahan medan magnet bumi yang selama ini  menjadi pemandu arah bagi ikan-ikan tersebut. Perubahan ini membuat mereka kehilangan orientasi arah dan akhirnya terdampar bersama-sama.

Melihat jumlah ikan terdampar yang tidak terhitung jumlahnya ini, beberapa orang sukarelawan berusaha memunguti satu per-satu ikan yang masih nampak ada harapan hidup dan dikembalikan ke laut. Tetapi karena yang memiliki harapan hidup ini jumlahnya jauh lebih sedikit, maka yang diselamatkan ini seolah menjadi tidak berarti.

Tidak heran bila orang kebanyakan melihat dengan pesimis upaya para sukarelawan tersebut, mereka melihat apa yang diupayakan dengan susah payah oleh segelintir sukarelawan ini sebagai upaya yang “doesn’t make any different” . Tidak demikian halnya dari sudut pandang para sukarelawan, mereka melihatnya setiap ekor ikan yang berhasil diselamatkan itu “make a big different”  bagi ikan tersebut – mereka tahu tidak mungkin menyelamatkan semua ikan – mereka hanya menyelamatkan yang bisa diselamatkan saja – itu sudah “big different” bagi mereka.

Perilaku jutaan ikan yang berenang kearah yang salah atau kehilangan orientasi arah ini sesungguhnya juga sangat mirip dengan perilaku manusia pada umumnya. Kita tidak merasa bersalah manakala kita berbuat yang sama dengan jutaan manusia lain, makan bunga bank yang sudah dikategorikan riba oleh Fatwa MUI misalnya – baru sedikit saja yang merasa bersalah, buktinya adalah pangsa bank-bank syariah yang masih sangat kecil di negeri yang penduduknya mayoritas muslim ini !

Lantas mengapa tidak banyak yang berbuat ‘menyelamatkan ikan-ikan’ tersebut ?,  ya karena kebanyakan orang seperti kebanyakan orang-orang Norwegia tersebut diatas yang melihat upaya demikian  sebagai “doesn’t make any different”. Sedikit orang saja yang terus mengupayakan solusi dari masalah riba ini, dengan kekuatan resources yang terbatas (dibandingkan denganresources yang untuk ribawi) memang belum banyak yang bisa dilaksanakan.

Tetapi upaya-upaya ini harus tetap dimulai, tidak ada perubahan yang terlalu besar bila kita bisa memulai dari perubahan-perubahan kecil yang bisa kita lakukan. ‘Medan magnet’ yang menjadi petunjuk arah kita jelas dan tidak pernah berubah, kita tinggal mengikuti petunjuk itu.

Apalah arti jutaan ikan yang mati tersebut dibandingkan dengan ketika Allah menenggelamkan umat Nabi Nuh AS kecuali sedikit yang berhasil diselamatkan kedalam kapalnya. Dan dari sedikit yang selamat inilah manusia bumi lengkap dengan peradabannya kembali tumbuh hingga sekarang.

Maka bila kita sekarang frustasi dengan system yang kita hadapi, dengan ribanya, dengan korupsinya, dengan ketidak adilannya, dengan kemiskinannya dan lain sebagainya yang kita pandang tidak seharusnya – bisa jadi ini karena kita sendiri juga belum berbuat. Kita masih beranggapan bahwa tidak ada yang bisa kita perbuat, kalau toh kita berbuat “doesn’t make any different” dlsb.

Tidak demikian, kita bisa berbuat mulai dari yang kita bisa.  Insyaallah itu akan membuat “big different” pada bidang yang kita perbuat tersebut, toh kita tidak berpretensi bahwa kita bisa membangun seluruh bangunan, kita hanya menjadi labinah atau batu batanya saja – batu bata yang terbaik di bidang kita masing-masing.

Jadi tugas kita hanya berbuat yang kita bisa sesuai perintahNya, biar seberat zarrah-pun Dia akan membalasNya. InsyaAllah.