Kamis, 03 November 2011

Visionaries Yang (Tidak) ‘Melihat’ Masa Depan…

Oleh Muhaimin Iqbal   
Kamis, 03 November 2011 08:03
Pada akhir Perang Dunia II  IBM adalah pemain utama di industry computer, namun chairman mereka pada tahun 1943 – Thomas Watson - hanya bisa membayangkan bahwa di seluruh dunia hanya ada pasar untuk menjual maksimal 5 komputer saja. Bahkan sampai enam tahun  kemudian majalah teknologi saat itu -Popular Mechanics- menulis “Kami pikir computer masa depan beratnya tidak lebih dari 1.5 ton”. Kalau yang mereka sebut saat itu ‘computer masa depan’ beratnya tidak lebih dari 1.5 ton,  bisa Anda bayangkan seberapa berat computer yang ada saat itu !

Bisa jadi karena kegagalan ‘melihat’ masa depan ini yang membuat computer yang Anda gunakan saat ini kemungkinan besarnya bukan IBM karena nama mereka sudah tidak muncul pada top 5 PC dan Notebook market yang dijual di seluruh dunia.

Ketika telepon ditemukan dan dipatenkan oleh Alexander Graham Bell 1876, saat itu penguasa telekomunikasi dunia adalah Western Union dengan telegraph-nya.  Komentar pucuk pimpinan Western Union terhadap telepon ini saat itu adalah “Telepon bukanlah mesin yang baik untuk telekomunikasi, dia memiliki keterbatasan dan kami melihat tidak ada manfaatnya pada bisnis kami”.  Bisa jadi karena kegagalan ‘melihat’ masa depan ini pula kita yang hidup sekarang kemungkinan besar tidak mengenal telegraph lagi.

Bill Gates nampaknya pengecualian, karena ketika pada tahun 1970-an dia membayangkan bahwa computer dengan kecepatan 640 K lebih dari cukup, dia kemudian bisa memperbaiki ‘penglihatannya’ kedepan sehingga menjadi legenda tersendiri di dalam dunia teknologi informasi hingga kini. Ini tidak lepas dari keunggulan Microsoft dalam ‘melihat’ masa depan dengan inovasi-inovasinya yang tidak kenal lelah.

Dari contoh-contoh di atas kita bisa membedakan mana-mana raksasa yang akhirnya punah atau menuju kepunahan dengan raksasa yang terus tumbuh dan berkembang, yang membedakan mereka adalah kemampuannya untuk terus ‘melihat’ masa depan.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa ‘melihat’ masa depan dengan visi kita ?. Yang jelas ilmu manusia tidak akan pernah bisa melihat secara akurat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tetapi ilmu Allah tidak ada batasannya, kita hanya tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang bila Allah sendiri yang memberitahukannya (lewat Al-Qur’an), atau melalui RasulNya yang diberi wahyu.

Bayangkan sekarang bila para pemimpin kita di berbagai bidang, baik politik,  ilmu pengetahuan maupun dunia usaha dituntun oleh visi yang berasal dari Allah dan Rasulnya, hasilnya insyaAllah akan lebih hebat dari Microsoft , IBM , Western Union dlsb.

Seperti apa penjabaran visi yang dituntun oleh  Al-Qur’an dan Al Hadits ini bila di aplikasikan di dunia usaha misalnya ?. Berikut adalah contoh aplikasinya dari  dunia masa depan yang dikabarkan lewat ayat-ayat Al-Qur’an :

“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS 2:275) ;
“…Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…” (QS 2 : 276);
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu…” (QS : 279)


Berangkat dari informasi dalam ayat-ayat tersebut diatas misalnya kita bisa mem-‘visi’-kan seperti apa kiranya industri keuangan masa depan ? kemungkinan besarnya bukan bank, asuransi dan institusi ribawi lainnya yang akan terus exist, tetapi yang akan muncul kemungkinannya adalah system perdagangan yang efektif, atau social business yang tumbuh subur mengalahkan industri finansial ribawi.

Gejala-gejala kesana sudah mulai nampak; gerakan Occupy Wall Street, Occupy Berlin dlsb. antara lain juga mulai men-challenge keberadaan bank-bank raksasa dan industry financial lainnya.

Di sisi lain saat ini Brasil, Russia, India dan China (BRIC) plus Jerman konon tengah mempersiapkan system yang canggih untuk barter modern, dimana perputaran barang- barang antara supply dan demand tidak lagi menggunakan uang. Entah seperti apa system yang masih mereka rahasiakan tersebut, tetapi yang jelas mereka sedang mempersiapkan keunggulan perdagangan diatas industry financial-nya.

Perkembangan social business di seluruh dunia juga kini luar biasa, business yang berorientasi manfaat – Benefit Maximizing Business (BMB), mulai mendapat tempat dan bersaing dengan Profit Maximizing Business (PMB) hampir di seluruh bidang. Di dunia ‘Open Source’ prinsip saling berbagi bahkan sudah mulai mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan yang masih menggunakan pendekatan PMB dalam business model-nya.

Tantangannya kini adalah tinggal bagaimana umat Islam yang diberi ‘kabar masa depan’ ini mampu bener-bener memahami dan mengaplikasikannya dalam segenap aspek kehidupannya. Kita telah diberi ‘visi’ itu, tidak seharusnya kita kalah dengan umat lain yang bersusah-payah menemukan ‘visi’-nya yang kadang dapat , kadang juga tidak dapat seperti dalam contoh-contoh diatas. Wa Allahu A’lam
Oleh Muhaimin Iqbal   
Kamis, 03 November 2011 08:03
Pada akhir Perang Dunia II  IBM adalah pemain utama di industry computer, namun chairman mereka pada tahun 1943 – Thomas Watson - hanya bisa membayangkan bahwa di seluruh dunia hanya ada pasar untuk menjual maksimal 5 komputer saja. Bahkan sampai enam tahun  kemudian majalah teknologi saat itu -Popular Mechanics- menulis “Kami pikir computer masa depan beratnya tidak lebih dari 1.5 ton”. Kalau yang mereka sebut saat itu ‘computer masa depan’ beratnya tidak lebih dari 1.5 ton,  bisa Anda bayangkan seberapa berat computer yang ada saat itu !

Bisa jadi karena kegagalan ‘melihat’ masa depan ini yang membuat computer yang Anda gunakan saat ini kemungkinan besarnya bukan IBM karena nama mereka sudah tidak muncul pada top 5 PC dan Notebook market yang dijual di seluruh dunia.

Ketika telepon ditemukan dan dipatenkan oleh Alexander Graham Bell 1876, saat itu penguasa telekomunikasi dunia adalah Western Union dengan telegraph-nya.  Komentar pucuk pimpinan Western Union terhadap telepon ini saat itu adalah “Telepon bukanlah mesin yang baik untuk telekomunikasi, dia memiliki keterbatasan dan kami melihat tidak ada manfaatnya pada bisnis kami”.  Bisa jadi karena kegagalan ‘melihat’ masa depan ini pula kita yang hidup sekarang kemungkinan besar tidak mengenal telegraph lagi.

Bill Gates nampaknya pengecualian, karena ketika pada tahun 1970-an dia membayangkan bahwa computer dengan kecepatan 640 K lebih dari cukup, dia kemudian bisa memperbaiki ‘penglihatannya’ kedepan sehingga menjadi legenda tersendiri di dalam dunia teknologi informasi hingga kini. Ini tidak lepas dari keunggulan Microsoft dalam ‘melihat’ masa depan dengan inovasi-inovasinya yang tidak kenal lelah.

Dari contoh-contoh di atas kita bisa membedakan mana-mana raksasa yang akhirnya punah atau menuju kepunahan dengan raksasa yang terus tumbuh dan berkembang, yang membedakan mereka adalah kemampuannya untuk terus ‘melihat’ masa depan.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa ‘melihat’ masa depan dengan visi kita ?. Yang jelas ilmu manusia tidak akan pernah bisa melihat secara akurat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tetapi ilmu Allah tidak ada batasannya, kita hanya tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang bila Allah sendiri yang memberitahukannya (lewat Al-Qur’an), atau melalui RasulNya yang diberi wahyu.

Bayangkan sekarang bila para pemimpin kita di berbagai bidang, baik politik,  ilmu pengetahuan maupun dunia usaha dituntun oleh visi yang berasal dari Allah dan Rasulnya, hasilnya insyaAllah akan lebih hebat dari Microsoft , IBM , Western Union dlsb.

Seperti apa penjabaran visi yang dituntun oleh  Al-Qur’an dan Al Hadits ini bila di aplikasikan di dunia usaha misalnya ?. Berikut adalah contoh aplikasinya dari  dunia masa depan yang dikabarkan lewat ayat-ayat Al-Qur’an :

“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS 2:275) ;
“…Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…” (QS 2 : 276);
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu…” (QS : 279)


Berangkat dari informasi dalam ayat-ayat tersebut diatas misalnya kita bisa mem-‘visi’-kan seperti apa kiranya industri keuangan masa depan ? kemungkinan besarnya bukan bank, asuransi dan institusi ribawi lainnya yang akan terus exist, tetapi yang akan muncul kemungkinannya adalah system perdagangan yang efektif, atau social business yang tumbuh subur mengalahkan industri finansial ribawi.

Gejala-gejala kesana sudah mulai nampak; gerakan Occupy Wall Street, Occupy Berlin dlsb. antara lain juga mulai men-challenge keberadaan bank-bank raksasa dan industry financial lainnya.

Di sisi lain saat ini Brasil, Russia, India dan China (BRIC) plus Jerman konon tengah mempersiapkan system yang canggih untuk barter modern, dimana perputaran barang- barang antara supply dan demand tidak lagi menggunakan uang. Entah seperti apa system yang masih mereka rahasiakan tersebut, tetapi yang jelas mereka sedang mempersiapkan keunggulan perdagangan diatas industry financial-nya.

Perkembangan social business di seluruh dunia juga kini luar biasa, business yang berorientasi manfaat – Benefit Maximizing Business (BMB), mulai mendapat tempat dan bersaing denganProfit Maximizing Business (PMB) hampir di seluruh bidang. Di dunia ‘Open Source’ prinsip saling berbagi bahkan sudah mulai mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan yang masih menggunakan pendekatan PMB dalam business model-nya.

Tantangannya kini adalah tinggal bagaimana umat Islam yang diberi ‘kabar masa depan’ ini mampu bener-bener memahami dan mengaplikasikannya dalam segenap aspek kehidupannya. Kita telah diberi ‘visi’ itu, tidak seharusnya kita kalah dengan umat lain yang bersusah-payah menemukan ‘visi’-nya yang kadang dapat , kadang juga tidak dapat seperti dalam contoh-contoh diatas. Wa Allahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar