Aidil Akbar Madjid - detikFinance
Jakarta - Lebaran sudah usai, mudik selesai dan saatnya kembali bekerja. Sepanjang liburan lebaran kemarin kebetulan saya tetap melakukan pemantauan perkembangan bursa Amerika dan dunia dan mendapati bahwa Dow Jones terpuruk lagi dan Harga Emas alias Gold Price naik. Padahal kondisi harga emas sempat naik tinggi beberapa minggu di bulan Ramadan sebelum akhirnya terpuruk karena koreksi di minggu terakhir menjelang Idulfitri.
Akan tetapi, meskipun harga Logam Mulia (LM) juga ikut terpuruk, fenomena 'borong emas' jelang lebaran menyebabkan harga jual LM tetap tinggi. Tidak hanya itu, meskipun harga jual juga tinggi tapi kita akan kesulitan untuk mendapatkan LM dengan gram kecil karena posisi barang yang kosong. Entah kosong karena Aneka Tambang kehabisan stok atau memang toko emas belum mau melepas LM mereka karena kondisi harga yang bisa berubah setiap jamnya.
Apabila dilihat secara historis, harga emas Logam Mulia di Indonesia pun secara konstan memang terus meningkat. Saat ini harga Logam Mulia sudah bertengger diatas Rp 500,000 per gram sementara tahun lalu masih berkisar antara Rp. 390.000 - Rp 420.000. Dapat dilihat hanya kurang dari 1 tahun saja di tahun 2011 ini kenaikan harga emas dunia dan terutama LM sudah diatas 25%.
Kalau kita hitung dengan menggunakan rata-rata kenaikan 20% per tahun, maka tidak heran kalau ditahun 2015 harga logam mulia bisa mencapai Rp. 1 juta per gram.
Ketika saya mulai merekomendasikan orang untuk berinvestasi di Logam Mulia ditahun 2003, ketika itu harga LM masih dikisaran Rp 130,000 - Rp 150.000 per gram, dan tidak banyak orang yang mendengarkan rekomendasi saya. Bahkan masih ingat dalam ingatan saya ditahun 2005 banyak orang yang melecehkan saya karena memberikan rekomendasi alternatif investasi di emas Logam Mulia, karena emas adalah investasi kakek nenek dan orang tua kita. Malah saya sempat di cap Perencana Keuangan alias Financial Planner kuno. Tapi liat saat ini, kini orang-orang berlomba-lomba mengumpulkan emas, dan selama kondisi ekonomi dunia masih tidak stabil serta orang tidak percaya mata uang dunia, selama itu juga emas masih akan berjaya.
Banyak yang kemudian menjadi takut kalau harga emas ini naik terlalu cepat alias Bubbling. Akan tetapi, dengan masih tingginya permintaan emas baik di China & India dan terbatasnya jumlah emas yang masih bisa ditambang, serta permintaan pembelian yang terus menanjak, maka kenaikan harga emas tersebut masih cukup realistis. Apalagi ditengah ketidak percayaan banyak orang terhadap mata uang dunia seperti US Dollar dan sekarang Euro membuat banyak investor mencari alternatif investasi yang lebih bisa dipercaya.
Pertanyaannya adalah, apakah kemudian emas bisa turun? Karena ini tetap instrument investasi, tentu saja jawabannya bisa turun, hanya pertanyaanya adalah kapan?. Kalau kita melihat statistik harga emas dunia selama ini, penurunan dasyat terjadi ditahun 80-an dan tahun 2008 kemarin. Sementara penurunan tajam yang terjadi beberapa minggu yang lalu lebih kepada koreksi sehat karena harga jual emas dunia yang saat itu sempat naik tajam sekali menembus level resistan. Sementara dengan ketidakpastian kondisi ekonomi dunia dan melemahnya bursa dunia, emas bisa dipakai sebagai alternatif pengimbang (baca: diversifikasi) portofolio kita.
Banyak orang yang pesimistis dan mengatakan kenaikan emas tidak ada hitungan fundamentalnya. Beberapa 'orang-orang pintar' bahkan mengatakan emas tidak bisa divaluasi, serta jumlahnya (kapitalisasi) yang tidak sebanyak instrumen keuangan lainnya seperti saham dan obligasi menyebabkan emas menjadi volatile. Pendapat tersebut sah-sah saja, karena orang bebas berpendapat, tapi yang tidak bisa dipungkiri adalah ketika cincin emas yang saya buat ditahun 1995 seharga tidak sampai Rp 1 juta, ditahun 2005 ditawar toko emas diharga Rp. 10 juta. Anda bisa hitung sendiri berapa return hasil investasinya. Hitungan fundamental dan lain-lainnya memang penting, akan tetapi hasil akhirnya adalah, berapa harga emas ketika kita beli dan berapa harga emas ketika kita jual yang akan menentukan kenaikan aset kita.
So? Masih kebanyakan mikir untuk investasi di emas?
(qom/qom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar