REP | 25 September 2011 | 01:33
842 35 9 dari 11 Kompasianer menilai aktualSaya iseng-iseng saja melihat data-data dewan emas dunia tentang siapa pemilik emas terbesar di dunia. Ah, masih tidak berubah, dan akan sangat sulit berubah melihat kenyataan ini;
Amerika Serikat tercatat memiliki 8.133,5 ton emas atau setara dengan 75,4% dari nilai devisanya. Diikuti kemudian oleh Jerman dengan 3.401,0 ton atau setara 72,7% dari cadangan devisa. Jerman ini menggeser IMF yang beberapa tahun lalu di belakang AS dan sekarang di tempat ketiga dengan 2.814,0 ton logam kuning di brankas mereka. Sementara Italia, negara yang peringkat utangnya baru saja dipangkas oleh Standard & Poor’s, memiliki cadangan emas 2.451,8 ton di bank sentral, jumlah itu setara dengan 72,4% cadangan devisa.
Rasio cadangan emas dengan devisa menggambarkan cara mereka mengamankan kekayaan dari risiko penurunan nilai mata uang. Emas, sebagaimana kita ketahui, menjadi aset safe haven yang tidak akan tergerus inflasi, bahkan dalam beberapa tahun ini melonjak melebihi prosentase inflasi dunia. Bayangkan jika anda menyimpan di bank dengan bunga ala kadarnya, sesungguhnya uang anda tetap berkurang karena inflasi sering lebih tinggi daripada bunga bank. Sementara emas biasanya naik mengikuti inflasi, bahkan bisa lebih tinggi.
Kembali ke soal stok emas, posisi kelima diduduki Perancis dengan 2.435,4 ton emas setara dengan 68,2% cadangan devisanya. China, salah satu negara yang tengah ekspansif memburu logam mulia untuk mendiversifikasi devisanya dari dolar, menyimpan 1.054,1 ton di bank sentral. Dan, itu hanya setara 1,6% dari keseluruhan cadangan devisanya. Rasio yang masih rendah ini mengindikasikan akan adanya tindakan luar biasa dari bank sentral China dengan mengeruk emas dari berbagai belahan dunia. Rasio 1,6% jelas tidak aman, apalagi di tengah gejolak ekonomi dunia di mana dolar–China tercatat sebagai pemegang terbesar obligasi AS–bisa saja jatuh dan menjadi kurang bernilai, juga pada mata uang euro di mana negeri Tirai Bambu mengoleksi surat utang dari benua biru.
Tempat ke tujuh dikuasai Switzerland yang memegang 1.040,1 ton emas, setara 17,3% cadangan devisa. Negara ini, dalam dunia finansial, terkenal karena mata uangnya menjadi salah satu safe haven. Namun, beberapa pekan lalu bank sentralnya telah mematok level tertinggi atas euro, guna menghindari apresiasi yang terlalu tinggi. Tingginya nilai franc justru dianggap merugikan ekonomi dalam negeri yang mengandalkan produk ekspor.
Nah, tentu anda penasaran kan di nomor berapakah Indonesia yang konon memiliki gunug emas di Papua dan Batu Hijau, Newmont? Eits, sebelum ke Indonesia, ternyata Filipina memiliki cadangan emas yang lebih besar loh. Mereka menempati urutan 23 dengan 158 ton emas yang setara 11% dari cadangan devisanya.
Oya, sebelum ke soal Indonesia, perlu dicatat bahwa rasio cadangan emas dengan devisa negara di ambil dengan menghargai emas $1.628,50 per troy ounce, harga pada Juli lalu. Jadi, rasio itu bisa naik apabila harga emas juga naik, kecuali ada kondisi tertentu. Satu troy ounce itu setara dengan 31,1 gram, jadi silakan konversikan dengan nila rupiah yang sedang anjlok.
Ternyata, di Asia Tenggara, Thailand menempati nomor urut 25 dengan 127,5 ton, tapi itu hanya setara 3,6% dari devisanya. Duh, belum aman tuh negeri Gajah Putih. Kabarnya Thailand bersama beberapa negara seperti Meksiko, Korea Selatan, Filipina, China, India, dan lain lain sedang memburu emas. Tapi, sekarang IMF sudah membatasi berapa maksimal sebuah bank sentral boleh membeli emas.
Di bawah Thailand ada Singapura dengan 127,4 ton emas, rasionya di bawah 3%. Teman, ternyata di luar kepemilikan bank sentral Singapura, negara kecil ini juga jadi tempat penyimpanan emas oleh sektor swasta. Menurut berita ini, di dekat bandara Changi terdapat kubah berlapis baja tempat tumpukan emas disimpan. Kebayang nggak senengnya paman Gober melihat tumpukan logam kuning ini? Nah, baru setelah Singapura, untuk kawasan Asia Tenggara, ada Indonesia dengan 73,1 ton, setara 3,0% cadangan devisanya. Di urutan dunia, RI menempati nomor absen 38. Lumayan kan yah, di atas Malaysia yang nangkring di kursi nomor 48 dengan cadangan emas 36,4 ton, atau hanya 1,4% dari cadangan devisa.
Ehm, sejatinya berapa sih rasio yang bagus bagi sebuah bank sentral untuk menyimpan cadangan emas? Ada yang bilang sekitar 70%, ya seperti yang di AS itu lah. So, kalaupun negara AS bubar atau paling sedikit nilai dolarnya turun, mereka masih punya cadangan emas yang bisa jadi mata uang. Logam ini sudah jadi mata uang ribuan tahun, tidak kenal batas negara, ras, agama, dan lain-lain. Kalau AS hancur, dolar kan tidak laku, tapi emas tetap saja laku, karena tidak perlu UU untuk mencetaknya.
Tahu tidak negara mana yang rasio kepemilikan emasnya paling tinggi? Saya sendiri tidak menduga bahwa 2 negara yang sedang bermasalah secara finansial di Eropa memiliki rasio yang paling tinggi. Yup, betul sekali, Portugal dan Yunani yang masing-masing dengan rasio 88% dan 80%. So, kalau mereka terancam gagl bayar, kenapa sih tidak mau jual emasnya untuk bayar utang? Orang waras juga tahu, kalau utang mereka direstrukturisasi kan tidak perlu bayar ke kreditur, alias boleh ngemplang. So, emasnya utuh dong… bisa digunakan untuk membangun negara yang hancur karena krisis. Oya, ternyata Yunani itu tercatat sebagai negara gagal bayar utang pertama dalam sejarah, tepatnya 24 abad lampau ketika 10 polis ngemplang pada sebuah kuil. Bayangin, 10 negara kota ngutang ke sebuah kuil! Caileeee, kaya juga ya rumah dewa itu. Ngumpulin uang dari jemaahnya kali ya… ngedarin kotak amal gitu.
Ehm, namun, kawan, semua ifo di atas bisa jadi salah. Kenapa coba? Yup, karena seharusnya Indonesia di urutan nomor satu! Percaya enggak?! Bukan, bukan karena gunung emas yang diambil freeport dan nwmont, tapi di Jogjakarta ada cadangan emas yang luar biasa banyaknya! Atau katakanlah di sebagian besar Jawa Dwipa… Emas itu berkliaran di mana-mana, ada yang narik becak, nyupir bus kota, nyangkul di sawah… Loh, kok bisa? Ya itulah Mas Joko, Mas Joni, Mas Sempilun, Mas Djumadi, Mas-mas yang lain juga banyak.
Okelah, ini saja dulu info enggak pentingnya…
Sumber info datanya dari Dewan Emas Dunia yang didapat secara valid dari IMF
Amerika Serikat tercatat memiliki 8.133,5 ton emas atau setara dengan 75,4% dari nilai devisanya. Diikuti kemudian oleh Jerman dengan 3.401,0 ton atau setara 72,7% dari cadangan devisa. Jerman ini menggeser IMF yang beberapa tahun lalu di belakang AS dan sekarang di tempat ketiga dengan 2.814,0 ton logam kuning di brankas mereka. Sementara Italia, negara yang peringkat utangnya baru saja dipangkas oleh Standard & Poor’s, memiliki cadangan emas 2.451,8 ton di bank sentral, jumlah itu setara dengan 72,4% cadangan devisa.
Rasio cadangan emas dengan devisa menggambarkan cara mereka mengamankan kekayaan dari risiko penurunan nilai mata uang. Emas, sebagaimana kita ketahui, menjadi aset safe haven yang tidak akan tergerus inflasi, bahkan dalam beberapa tahun ini melonjak melebihi prosentase inflasi dunia. Bayangkan jika anda menyimpan di bank dengan bunga ala kadarnya, sesungguhnya uang anda tetap berkurang karena inflasi sering lebih tinggi daripada bunga bank. Sementara emas biasanya naik mengikuti inflasi, bahkan bisa lebih tinggi.
Kembali ke soal stok emas, posisi kelima diduduki Perancis dengan 2.435,4 ton emas setara dengan 68,2% cadangan devisanya. China, salah satu negara yang tengah ekspansif memburu logam mulia untuk mendiversifikasi devisanya dari dolar, menyimpan 1.054,1 ton di bank sentral. Dan, itu hanya setara 1,6% dari keseluruhan cadangan devisanya. Rasio yang masih rendah ini mengindikasikan akan adanya tindakan luar biasa dari bank sentral China dengan mengeruk emas dari berbagai belahan dunia. Rasio 1,6% jelas tidak aman, apalagi di tengah gejolak ekonomi dunia di mana dolar–China tercatat sebagai pemegang terbesar obligasi AS–bisa saja jatuh dan menjadi kurang bernilai, juga pada mata uang euro di mana negeri Tirai Bambu mengoleksi surat utang dari benua biru.
Tempat ke tujuh dikuasai Switzerland yang memegang 1.040,1 ton emas, setara 17,3% cadangan devisa. Negara ini, dalam dunia finansial, terkenal karena mata uangnya menjadi salah satu safe haven. Namun, beberapa pekan lalu bank sentralnya telah mematok level tertinggi atas euro, guna menghindari apresiasi yang terlalu tinggi. Tingginya nilai franc justru dianggap merugikan ekonomi dalam negeri yang mengandalkan produk ekspor.
Nah, tentu anda penasaran kan di nomor berapakah Indonesia yang konon memiliki gunug emas di Papua dan Batu Hijau, Newmont? Eits, sebelum ke Indonesia, ternyata Filipina memiliki cadangan emas yang lebih besar loh. Mereka menempati urutan 23 dengan 158 ton emas yang setara 11% dari cadangan devisanya.
Oya, sebelum ke soal Indonesia, perlu dicatat bahwa rasio cadangan emas dengan devisa negara di ambil dengan menghargai emas $1.628,50 per troy ounce, harga pada Juli lalu. Jadi, rasio itu bisa naik apabila harga emas juga naik, kecuali ada kondisi tertentu. Satu troy ounce itu setara dengan 31,1 gram, jadi silakan konversikan dengan nila rupiah yang sedang anjlok.
Ternyata, di Asia Tenggara, Thailand menempati nomor urut 25 dengan 127,5 ton, tapi itu hanya setara 3,6% dari devisanya. Duh, belum aman tuh negeri Gajah Putih. Kabarnya Thailand bersama beberapa negara seperti Meksiko, Korea Selatan, Filipina, China, India, dan lain lain sedang memburu emas. Tapi, sekarang IMF sudah membatasi berapa maksimal sebuah bank sentral boleh membeli emas.
Di bawah Thailand ada Singapura dengan 127,4 ton emas, rasionya di bawah 3%. Teman, ternyata di luar kepemilikan bank sentral Singapura, negara kecil ini juga jadi tempat penyimpanan emas oleh sektor swasta. Menurut berita ini, di dekat bandara Changi terdapat kubah berlapis baja tempat tumpukan emas disimpan. Kebayang nggak senengnya paman Gober melihat tumpukan logam kuning ini? Nah, baru setelah Singapura, untuk kawasan Asia Tenggara, ada Indonesia dengan 73,1 ton, setara 3,0% cadangan devisanya. Di urutan dunia, RI menempati nomor absen 38. Lumayan kan yah, di atas Malaysia yang nangkring di kursi nomor 48 dengan cadangan emas 36,4 ton, atau hanya 1,4% dari cadangan devisa.
Ehm, sejatinya berapa sih rasio yang bagus bagi sebuah bank sentral untuk menyimpan cadangan emas? Ada yang bilang sekitar 70%, ya seperti yang di AS itu lah. So, kalaupun negara AS bubar atau paling sedikit nilai dolarnya turun, mereka masih punya cadangan emas yang bisa jadi mata uang. Logam ini sudah jadi mata uang ribuan tahun, tidak kenal batas negara, ras, agama, dan lain-lain. Kalau AS hancur, dolar kan tidak laku, tapi emas tetap saja laku, karena tidak perlu UU untuk mencetaknya.
Tahu tidak negara mana yang rasio kepemilikan emasnya paling tinggi? Saya sendiri tidak menduga bahwa 2 negara yang sedang bermasalah secara finansial di Eropa memiliki rasio yang paling tinggi. Yup, betul sekali, Portugal dan Yunani yang masing-masing dengan rasio 88% dan 80%. So, kalau mereka terancam gagl bayar, kenapa sih tidak mau jual emasnya untuk bayar utang? Orang waras juga tahu, kalau utang mereka direstrukturisasi kan tidak perlu bayar ke kreditur, alias boleh ngemplang. So, emasnya utuh dong… bisa digunakan untuk membangun negara yang hancur karena krisis. Oya, ternyata Yunani itu tercatat sebagai negara gagal bayar utang pertama dalam sejarah, tepatnya 24 abad lampau ketika 10 polis ngemplang pada sebuah kuil. Bayangin, 10 negara kota ngutang ke sebuah kuil! Caileeee, kaya juga ya rumah dewa itu. Ngumpulin uang dari jemaahnya kali ya… ngedarin kotak amal gitu.
Ehm, namun, kawan, semua ifo di atas bisa jadi salah. Kenapa coba? Yup, karena seharusnya Indonesia di urutan nomor satu! Percaya enggak?! Bukan, bukan karena gunung emas yang diambil freeport dan nwmont, tapi di Jogjakarta ada cadangan emas yang luar biasa banyaknya! Atau katakanlah di sebagian besar Jawa Dwipa… Emas itu berkliaran di mana-mana, ada yang narik becak, nyupir bus kota, nyangkul di sawah… Loh, kok bisa? Ya itulah Mas Joko, Mas Joni, Mas Sempilun, Mas Djumadi, Mas-mas yang lain juga banyak.
Okelah, ini saja dulu info enggak pentingnya…
Sumber info datanya dari Dewan Emas Dunia yang didapat secara valid dari IMF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar