Oleh Muhaimin Iqbal |
Jum'at, 04 November 2011 06:10 |
Melihat indahnya aneka kupu-kupu yang beterbangan di kebun bunganya, seorang petani bunga ingin menambah keindahan kebun tersebut dengan lebih banyak lagi kupu-kupu. Dia mulai berburu kepompong dan dikumpulkannya di pojok kebun tersebut. Hari demi hari diamatinya kepompong-kepompong ini, sampailah pada hari H dimana kepompong mulai mengalami bukaan kecil yang nampaknya akan menjadi pintu keluar sang calon kupu-kupu. Berjam-jam dia mengamati betapa bayi kupu-kupu berjuang dengan susah payah untuk bisa keluar dari kempompongnya melalui lubang yang sangat sempit, petani tersebut menjadi tidak sabar dan ingin cepat-cepat membantunya. Diambilnya gunting dan dibuatnya lubang yang cukup lebar di seluruh kepompong-kepompong yang hari itu akan mengeluarkan kupu-kupunya. Sejumlah bayi kupu-kupu-pun keluar dari kepompong-kepompong-nya dengan mudah, tetapi diluar dugaan si petani - bayi kupu-kupu yang dimudahkan lahirnya melalui lubang yang besar ini ternyata tidak langsung bisa terbang sebagaimana kupu-kupu pada umumnya. Ditungguinya sampai berjam-jam, ternyata tidak ada satupun dari bayi kupu-kupu tersebut yang bisa mengeluarkan sayapnya. Mereka tetap seperti ulat yang tidak bersayap dan tentu saja tidak bisa menghadirkan keindahan bagi yang melihatnya. Si petani tidak tahu bahwa lubang sempit yang membuat para calon kupu-kupu bersusah payah melalui fase transformasinya dari ulat menjadi kupu-kupu, merupakan suatu jalan yang memang harus ditempuh. Lubang sempit tersebut adalah berfungsi untuk memeras cairan tertentu dari tubuh si jabang bayi kupu-kupu untuk mendorong bakal sayap agar keluar dari tubuhnya dan menjadi sayap yang indah-indah. Ketika pintu keluarnya diperlebar, maka proses pemerasan cairan tubuh ini tidak terjadi dan tidak keluarlah sayap yang indah-indah dari bayi kupu-kupu yang dipermudah kelahirannya ini. Perjalanan lahirnya kupu-kupu yang indah tidak jauh berbeda dengan lahirnya para entrepreneur. Tidak ada jalan yang mudah dan cepat untuk menjadi entrepreneur sejati, dia perlu melalui segala rintangan dan hambatan agar seluruh potensinya keluar. Hambatan-hambatan ini bisa berasal dari dirinya sendiri seperti kisah rajawali yang salah paham, bisa dari pihak yang berwenang karena kita memang hidup di negeri yang penuh kesukaran –negeri yang berada di urutan ke 121 dari 183 negara dalam hal kemudahan usaha, bisa pula dari persaingan dunia usaha yang memang semakin competitive dari waktu ke waktu, dan berbagai kesulitan lainnya. Semua kesukaran tersebut perlu untuk menguji mana yang emas dan mana yang loyang, mana yang sungguh-sungguh dapat mencapai kwalitas entrepreneur dan mana-mana yang tetap berkwalitas pekerja sampai pensiun menghampirinya. Dengan kesiapan bakal entrepreneur untuk menghadapi berbagi kesulitannya, tidak berarti bahwa bagi yang berwenang boleh sewenang-wenang mempersulit mereka. Karena tanpa dipersulit-pun sudah akan cukup banyak kesulitan yang dihadapi para calon entrepreneur ini, sehingga tidak semua dari mereka bener-bener bisa menjadi entrepreneur pada akhirnya, sebagaimana tidak semua kepompong menghasilkan kupu-kupu yang indah. Wa Allahu A’lam. |
Jumat, 04 November 2011
Tragedi Kupu-Kupu Yang Tidak Bersayap…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar