Oleh Muhaimin Iqbal |
Rabu, 02 November 2011 03:54 |
Yunani hari-hari ini digambarkan seperti kapal Titanic besar yang sedang tenggelam dengan cepat, alih-alih sang nakhkoda menyerukan penumpang untuk segera melompat ke sekoci – nakhkoda malah mengajak penumpangnya melakukan voting terlebih dahulu untuk menentukan perlu tidaknya melompat ke sekoci. Bisa Anda bayangkan apa yang akan terjadi kemudian ? Setelah dengan susah payah para pemimpin negeri-negeri sekitarnya di Euro Zone berusaha menyelamatkan negeri tetangganya - Yunani , antara lain dengan memangkas hutangnya sebesar 50 % pekan lalu, eh malah pemimpin negeri itu mengajak rakyatnya untuk melakukan referendum terlebih dahulu tentang bailout yang ditawarkan negeri-negeri tetangganya tersebut. Bagaimana kalau bailout ini ditolak oleh rakyat ? Bagaimana kalau penolakan ini bukan karena pemahaman, tetapi karena faktor kebangsaan yang sempit misalnya ? Bila bailout ditolak oleh rakyatnya, Yunani berpeluang bangkrut lebih besar dalam jangka pendek. Bila Yunani bangkrut, maka bank-bank dan para kreditor juga akan terseret ke pusaran kebangkrutan. Demikian pula negeri-negeri tetangganya, dan demikian pula Uni Eropa dengan Euro-nya. Inilah mengapa di hari diumumkannya referendum tersebut kemarin pasar dunia tergoncang, Index DOW, NASDAQ dan S & P 500 jatuh masing-masing 2.48 %, 2.89 % dan 2.79 %. Emas demikian pula sempat tergoyang ke angka US$ 1,680/Ozt sebelum akhirnya pulih mendekati US$ 1,720/Ozt menjelang penutupan pasar. Perilaku terhadap emas yang berfluktuasi drastis ini menggambarkan kepanikan pasar, seolah bumi Eropa akan runtuh sehingga pasar rame-rame meninggalkan Euro berburu Dollar – kemudian Dollar meningkat dan harga emas jatuh. Tetapi segera pasar sadar bahwa bila Eropa jatuh, Amerika pasti terseret ke pusaran yang sama – maka pasarpun kembali berburu emas. Entah berapa lama Yunani akan terus mengguncang dunia dengan kebimbangannya ini, tetapi kita sesungguhnya bisa melakukan de-coupling atau pemisahan diri dari gonjang-ganjingnya dunia hanya karena keraguan para pemimpinnya. Pertama yang bisa kita lakukan adalah meminimisasi asset exposure dari financial asset ( tabungan, deposito, saham, dana pension, asuransi dlsb) , ke arah memperkuat perimbanganreal asset ( tanah, sawah, kebun, ternak, barang dagngan, emas dlsb). Kedua adalah jangan terlalu berharap hasil yang cepat, pada umumnya investasi sector riil memberikan hasil yang lebih lamban ketimbang investasi pada instrumen financial – tetapi sebagaimana namanya, dia akan lebih riil dan cenderung lebih stabil dalam jangka panjang. Ketiga adalah harga emas/Dinar lagi relatif murah hari-hari ini – dibandingkan dengan potensi ketidak pastian yang melanda dunia, inilah waktu yang baik untuk menyusun keseimbangan baru dari asset Anda, dari berat di financial asset menuju seimbang dengan real asset. Agar bila ada pemimpin negara manapun yang bimbang lagi kedepan, hasil jerih payah Anda tidak ikut tergoyang daya belinya. Wa Allahu A’lam |
Rabu, 02 November 2011
Yunani Bimbang, Pasar Emas Dunia Goyang…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar